Apa Itu Inflasi dan Apa Dampaknya bagi Operasional Bisnis?

Ditulis oleh Ajar Pamungkas

article thumbnail

Apa itu inflasi? Bagaimana cara mengatasi inflasi?

Bergerak secara intens dalam dunia bisnis, pertanyaan semacam ‘apa itu inflasi?’ mungkin termasuk salah satu pertanyaan yang cukup sering diterima oleh seorang pemilik usaha. Bagaimana tidak? Inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang pasti akan sangat berpengaruh dalam operasional bisnis, terlepas dari besarnya skala usaha yang dijalankan.

Nah, karena munculnya inflasi merupakan salah satu faktor yang paling memengaruhi keberlanjutan suatu bisnis, mampu mengidentifikasi inflasi dengan tepat beserta dengan efek yang dimilikinya bagi operasional bisnis menjadi salah satu pengetahuan umum yang harus dimiliki oleh setiap pemilik usaha, kan?

Oleh karena itu, mari kita bahas secara detail seluruh serba-serbi terkait inflasi; mulai dari pengertian yang dimilikinya, jenis-jenisnya, faktor yang dapat memicu terjadinya inflasi, dampak yang dimilikinya, dan juga cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut!

Apa Itu Inflasi?

Bicara tentang definisi atau pengertian yang dimiliki oleh inflasi, sebenarnya ada banyak sekali sumber yang bisa digunakan untuk menjelaskannya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), misalnya saja, mendefinisikan inflasi sebagai fenomena merosotnya nilai uang karena peredarannya yang terlalu banyak dan cepat, sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang di pasaran.

Tak jauh berbeda, Bank Indonesia (BI) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Dilihat dari definisinya, baik yang dikeluarkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia maupun Bank Indonesia, inflasi merupakan sebuah fenomena yang cepat atau lambat pasti terjadi.

Eits, jangan buru-buru panik terlebih dahulu! Sekalipun kemunculan inflasi bukanlah sesuatu yang bisa dicegah, bukan berarti kemunculannya pasti akan selalu membawa petaka. Terkait inflasi, Bank Indonesia juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan dalam jangka panjang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetap dapat dilakukan meski dengan adanya inflasi.

Meski demikian, kondisi tersebut bukannya sama sekali tak bersyarat. Maksudnya, pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan apabila tingkat inflasi yang terjadi tergolong rendah dan stabil. Itulah mengapa kenaikan harga barang sesungguhnya tidak perlu disikapi dengan berlebihan, terlebih jika memang kenaikan yang terjadi masih masuk dalam ambang batas yang aman untuk inflasi.

Baca Juga: Persediaan adalah: Pengertian dan Manfaatnya Bagi Bisnis

Apa Saja Jenis-Jenis Inflasi?

Jenis-jenis inflasi digolongkan berdasarkan tingkat dari inflasi itu sendiri. Berdasarkan penggolongan ini, langkah yang tepat pun dapat diambil untuk memastikan kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan; bahkan di tingkat masyarakat yang paling bawah sekalipun.

Meski penanganan inflasi umumnya dilakukan di tingkat negara, sebenarnya tak ada salahnya juga jika pemilik usaha juga mampu mengidentifikasi jenis inflasi yang saat ini tengah dihadapi. Bagaimanapun, pemilik usaha, khususnya yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, merupakan pihak yang paling terdampak sekaligus paling dapat diandalkan untuk mengatasi permasalahan inflasi, kan?

Jadi, apa saja, sih, jenis inflasi berdasarkan tingkatannya?

1. Inflasi Ringan

Jenis inflasi yang dapat digolongkan sebagai inflasi ringan adalah inflasi dengan tingkat kenaikan harga barang di bawah 10% dalam setahun. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, inflasi pasti akan terjadi setiap tahunnya, tetapi jika tingkat kenaikan harga barang dapat dikontrol hingga tak melebihi inflasi ringan, pertumbuhan ekonomi masih dapat didorong lagi.

Harapannya, dengan ekonomi yang terus bertumbuh, kesejahteraan masyarakat pun pada akhirnya juga dapat ditingkatkan. Dengan demikian, masyarakat pun sanggup bertahan ketika inflasi menyebabkan harga barang di pasaran naik dalam rentang di bawah 10%.

2. Inflasi Sedang

Jika rentang kenaikan harga barang yang digolongkan sebagai inflasi ringan berada di bawah 10% setiap tahunnya. Inflasi sedang ditandai dengan adanya kenaikan harga barang sebesar 10% - 30% dalam setahun.

Meski tidak disarankan dan harus cepat-cepat diturunkan, inflasi sedang cenderung masih mudah untuk diatasi. Pun demikian, agar kegiatan ekonomi tetap terjadi di setiap lapisan masyarakat, inflasi sedang harus bisa ditekan agar stabil di tingkat ringan. 

3. Inflasi Berat

Inflasi berat merupakan salah satu jenis-jenis inflasi yang harus diwaspadai, karena ketika terjadi inflasi di tingkatan ini, harga barang dalam setahun mengalami kenaikan sebesar 30% - 100%.

Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, misalnya terus terjadi inflasi berat dalam beberapa tahun tanpa bisa diturunkan ke tingkat yang lebih rendah, masyarakat tidak akan memiliki daya beli untuk mengikuti kenaikan harga barang tersebut. Sebagai akibatnya, tingkat inflasi berat bisa memicu terjadinya hiperinflasi.

4. Hiperinflasi

Hiperinflasi merupakan tingkatan inflasi yang paling tinggi, karena dalam hiperinflasi, harga barang dalam setahun mengalami kenaikan hingga di atas 100%. Kondisi ini bisa menjadi masalah yang sangat serius karena daya beli masyarakat dirasa tidak akan sanggup mengikuti kenaikan harga barang yang terjadi.

Oleh karena itu, ketika terjadi hiperinflasi di suatu negara, pemerintah yang berwenang akan segera memberikan beragam stimulus yang diharapkan mampu menekan dampak yang ditimbulkan. Masalahnya, ketika terjadi hiperinflasi, umumnya pemerintah dari negara tersebut akan kesulitan untuk melakukan kontrol atas kegiatan ekonomi yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, hiperinflasi kerap juga disebut dengan istilah inflasi tak terkendali.

Baca juga: Deflasi adalah: Penyebab, Jenis, dan Dampaknya

 Setelah memahami apa itu inflasi, penting juga mengetahui apa saja faktor penyebabnya!

Apa yang Menjadi Penyebab Inflasi?

Jika disebutkan bahwa cepat atau lambat inflasi pasti akan terjadi, tentu tidak aneh jika kita bertanya-tanya, “Apa, sih, yang menjadi penyebab inflasi?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, umumnya perlu diidentifikasi dulu sumber dari inflasi tersebut. Apakah inflasi yang terjadi berasal dari sisi supply, permintaan, atau justru berasal dari ekspektasi inflasi itu sendiri?

Inflasi yang terjadi dari sisi supply muncul akibatnya meningkatnya harga bahan baku atau bahan-bahan mentah lainnya yang menyebabkan harga jual suatu produk menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Keadaan ini sebenarnya wajar karena pemilik usaha tidak mungkin diharapkan untuk terus-menerus menjual produk atau jasa yang ditawarkannya di bawah harga produksi, kan?

Untuk beberapa waktu, pemilik usaha mungkin bisa menanggung kerugian akibat menjual produk dengan harga yang lebih rendah dibanding biaya produksi. Namun, jika dibiarkan berlarut-larut, bisnis dapat mengalami kerugian yang tak dapat ditanggung lagi, sehingga menaikkan harga barang pun dipilih sebagai solusi untuk memastikan bisnis dapat tetap berjalan.

Sebaliknya, inflasi dari sisi permintaan juga dapat terjadi apabila jumlah produksi suatu barang maupun jasa tetap secara jumlah, akan tetapi permintaan untuk produk tersebut terus bertambah. Ketika situasi ini terjadi, kelangkaan barang pun dapat terjadi, dan sesuai dengan hukum kelangkaan, harga barang tersebut pun akan meningkat.

Di samping itu, apabila masyarakat memiliki daya beli yang cukup tinggi, tetapi tidak ada barang yang bisa dibeli karena keterbatasan jumlah yang diproduksi, artinya uang yang beredar di masyarakat pun tidak bisa digunakan dan menumpuk sehingga nilai tukarnya pun mengalami devaluasi atau penurunan yang juga merupakan salah satu penyebab inflasi.

Penyebab yang berikutnya sebenarnya kasus yang cukup umum di Indonesia, khususnya menjelang waktu lebaran dengan adanya rutinitas pemberian gaji ketiga belas atau Tunjangan Hari Raya. Adanya rutinitas tahunan ini menyebabkan munculnya spekulasi di pasar sehingga tak jarang kita menemukan harga suatu barang, khususnya yang termasuk barang pokok, meningkat menjelang lebaran.

Di satu sisi, inflasi akan terjadi karena peningkatan barang-barang tersebut, tetapi di sisi lain, apabila masyarakat menolak untuk membelanjakan Tunjangan Hari Raya yang diperolehnya karena naiknya harga barang, inflasi akan terjadi karena banyaknya uang yang beredar di masyarakat sehingga muncul devaluasi. Oleh karena itu, terkadang menjelang waktu lebaran, ada imbauan untuk membelanjakan Tunjangan Hari Raya, alih-alih menabungnya.

Apa saja Dampak Inflasi?

Terlepas dari pengertian dan juga penyebabnya, dampak inflasi sebenarnya tak selalu negatif; tergantung dari sisi mana kita menyikapi terjadinya inflasi tersebut. Bagi sisi produsen, misalnya saja, adanya inflasi sebenarnya memiliki dampak yang positif karena kenaikan harga barang jelas secara positif berefek pada meningkatnya omzet bisnis.

Akan tetapi, apabila dampak yang disebabkan oleh inflasi sepenuhnya positif, tentu saja pemerintah tidak akan terlalu serius menanggapi setiap investasi yang terjadi, kan? Pada kenyataannya, inflasi selalu dianggap sebagai fenomena yang serius, sehingga penanganannya pun dilakukan dengan sama seriusnya. Keadaan ini terjadi karena sebenarnya inflasi juga memberikan dampak negatif yang sangat krusial.

Salah satu dampak inflasi yang harus disikapi secara serius adalah menurunnya daya beli masyarakat yang dapat menghambat perputaran uang dan juga kegiatan ekonomi di setiap lapisan masyarakat itu sendiri. Menurunnya daya beli ini semakin berbahaya bagi mereka yang berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah, atau bagian dari masyarakat yang tidak memperoleh peningkatan penghasilan yang pasti setiap tahunnya.

Dalam situasi di atas, masyarakat di lapisan bawah tidak akan mampu membeli barang-barang yang ada di pasaran. Tentu tidak masalah jika inflasi yang terjadi hanya memicu kenaikan harga barang yang tergolong tersier saja. Masalahnya, adanya inflasi justru lebih sering terjadi pada barang-barang yang masuk dalam kebutuhan primer maupun sekunder.

Tentu tidak sulit, kan, kekacauan apa yang akan timbul apabila masyarakat tidak dapat membeli barang-barang yang termasuk dalam kebutuhan primer? Terlebih jumlah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, secara komposisi, jumlahnya lebih banyak dibanding masyarakat dengan tingkat ekonomi lainnya. Jelas stabilitas ekonomi negara pun akan sangat terganggu, kan?

Lebih lanjut lagi, menurunnya daya beli masyarakat tidak hanya mengganggu kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam negeri saja. Dengan daya beli yang rendah, inflasi pun akan sulit untuk diatas, dan sebagai akibatnya, barang yang beredar di dalam negeri pun akan mahal, termasuk barang yang ditujukan untuk kegiatan ekspor.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, salah satu penghasilan negara juga berasal dari devisa kegiatan ekspor. Apabila harga barang ekspor terus meningkat, devisa yang akan diperoleh negara juga akan berkurang karena tidak adanya kegiatan ekspor yang bisa dilakukan; terlebih untuk komoditas yang secara demografis tidak dapat di monopoli.

Baca juga: Sekilas Analisis Keuangan: Tujuan dan Contoh

Bagaimana Cara Mengatasi Inflasi?

Memahami dampak yang bisa ditimbulkan oleh adanya inflasi, tidak aneh jika negara selalu mengupayakan cara mengatasi inflasi agar stabilitas ekonominya tidak terganggu, dan pada akhirnya masyarakat di negara tersebut pun dapat ditingkatkan lagi kesejahteraannya.

Yap, benar sekali! Keberadaan peran negara sangat dibutuhkan untuk mengatasi inflasi yang terjadi, khususnya jika inflasi tersebut termasuk berat atau tak terkendali. Tak jarang kemampuan suatu negara untuk menangani inflasi yang terjadi di negaranya juga memengaruhi daya tawarnya terhadap aktivitas ekonomi di tingkat dunia.

Umumnya, cara mengatasi inflasi dilakukan dengan mengeluarkan berbagai kebijakan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Tergantung dari penyebab yang berhasil diidentifikasi, pemerintah suatu negara bisa saja mengeluarkan kebijakan moneter untuk menarik kembali uang yang sudah beredar di masyarakat; tetapi tentu saja tidak dengan menarik secara fisik, lho!

Untuk mengurangi peredaran uang di masyarakat, negara melalui Bank Indonesia dapat mengeluarkan surat berharga yang dapat dibeli oleh masyarakat atau menaikkan suku bunga. Dengan demikian, uang yang beredar di masyarakat pun dapat secara perlahan ditarik dan kembali kepada negara.

Selain itu, negara juga dapat mengeluarkan kebijakan fiskal dengan menaikkan tarif pajak atau mengurangi pengeluaran negara untuk menekan angka inflasi ke tingkatan yang wajar. Jika tidak, negara juga dapat mengeluarkan kebijakan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya produksi untuk menurunkan harga barang.

Nah, setelah memahami penjabaran yang telah disampaikan, tentu lebih mudah untuk menjelaskan apa itu inflasi, kan? Jangan cemas apabila di kemudian hari memperoleh pertanyaan serupa, ya! Jangan bingung juga apabila harus mengelola bisnis, karena sekarang sudah ada aplikasi majoo dengan berbagai fiturnya yang dapat diandalkan!

Yuk, saatnya untuk segera berlangganan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi majoo!

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo