Apakah kamu pernah mendengar istilah design thinking? Bagi kamu yang bergelut di dunia UX design tentunya istilah ini sudah tak asing lagi dengan istilah ini. Design thinking adalah pola pikir manusia untuk menyelesaikan masalah dan berfokus kepada user (pengguna).
Banyak orang mengira proses ini hanya digunakan oleh para desainer untuk menciptakan sesuatu. Pada kenyataannya, pola pikir ini bisa diterapkan pada bidang lain seperti bisnis, lho! Apakah kamu ingin mengetahui lebih lengkap tentang design thinking? Yuk, simak artikel di bawah ini!
Apa Arti Design Thinking?
Design thinking adalah proses yang dilakukan berulang dalam memahami user (pengguna), mempertanyakan asumsi mereka, dan mendefinisikan masalah yang user hadapi sehingga menghasilkan solusi alternatif.
Design thinking ini terkait tentang minat dalam mengembangkan pemahaman user yang menggunakan produk atau layanan yang sudah dibuat. Hal tersebut akan membantu kamu untuk mengamati dan mengembangkan empati sesuai target.
Design thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berlangsung, seperti membuat sketsa, membuat prototype, menguji, dan melatih berbagai konsep serta ide.
Apa Karakteristik Design Thinking?
Meski design thinking mempunyai banyak arti, tapi terdapat empat karakteristik yang akan selalu kamu temui, antara lain:
1. People Centered
Fokus utama design thinking adalah kepentingan manusia sebagai pengguna. Oleh karena itu design thinking berperan dalam mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi manusia dan menjawab masalah tersebut dengan solusi yang berguna serta efektif bagi mereka. Design thinking sangat mengandalkan solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut. Bisa dikatakan, design thinking adalah cara untuk menuntut seseorang dalam memunculkan sesuatu yang konstruktif demi mengatasi sebuah masalah.
2. Hands-On
Karakteristik design thinking selanjutnya adalah hands-on. Hands-on merupakan sebuah proses desain yang membutuhkan tahapan percobaan langsung melalui tim desainer untuk menyusun pembuatan teori atau gambaran awal sebelum masuk pada pengembangan prototype.
3. Highly Creative
Ada yang mengatakan bahwa kreatif dapat menciptakan sesuatu yang baru. Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang yang kreatif dapat menghubungkan hal-hal yang tadinya tidak berhubungan menjadi terhubung. Jika dilihat dari dua pernyataan tadi bahwa kreativitas menuntut pembaharuan.
Metode ini bersifat fleksibel yang membuat setiap tim dapat berpikir secara kreatif dan tidak memerlukan pemikiran atau peraturan yang bersifat mengikat.
4. Iterative
Design thinking selalu dimulai dengan mencari suatu masalah. Hal ini karena perilaku dan keinginan user terus berubah.
Supaya dapat melakukan tahapan improvisasi, dilakukan proses desain berulang-ulang, sehingga mampu menghasilkan produk atau aplikasi yang optimal.
Baca Juga: Strategi Customer Retention dalam Menjaga Loyalitas Konsumen
Sikap Dasar Design Thinking
Dalam design thinking terdapat sikap dasar yang perlu kamu ketahui, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Experimentation
Sikap gemar bereksperimen dan out of the box bisa menghasilkan solusi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kamu dapat melakukan yang di luar kebiasaan sehingga mendapatkan experience yang berbeda.
2. Testing dan Iteration
Untuk menghasilkan produk yang optimal, kamu perlu mencobanya berulang-ulang. Apabila di dalam pembuatan game terdapat istilah playtesting. Semakin banyak melakukan playtesting, game yang dibuat akan semakin teruji dari berbagai sisi.
3. Collaboration
Untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks, dibutuhkan kolaborasi dengan para ahli di bidangnya. Spirit kolaborasi harus terus diutamakan untuk menemukan solusi terbaik.
5 Tahapan Design Thinking
Design thinking memiliki tahapan khusus yang terstruktur untuk membantumu dalam merancang solusi. Meskipun tidak ada aturan khusus, tetapi terdapat lima tahapan design thinking yang perlu kamu pahami, yaitu:
1. Empathize
Kamu perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan user-mu. Alasan kamu harus berempati untuk mengetahui kebutuhan user dan memahami masalah yang mereka hadapi dari sudut pandang mereka.
Hal yang perlu kamu hindari adalah berasumsi terhadap suatu masalah. Kebanyakan orang membuat kesalahan dengan mengasumsikan masalah dan memulainya di fase define (menentukan). Hindari mencari poin masalah dari sudut pandangmu sebagai pemilik produk, ya.
2. Define
Kamu dapat mengelompokkan semua informasi yang sudah dikumpulkan selama fase empathise dan gunakanlah pengamatan dalam menentukan masalah inti yang sedang kamu identifikasi.
Hal yang perlu kamu hindari adalah mendefinisikan masalah yang tidak kamu ketahui. Masalah yang terdefinisi dengan baik akan akan membantu sebagian besar target user dan akan memecahkan masalah yang sering sering terjadi.
3. Ideate
Setelah dua tahapan sebelumnya dilakukan, tahapan selanjutnya adalah memiliki gagasan yang jelas tentang masalah yang dihadapi dan solusi yang diharapkan.
4. Prototype
Prototype adalah tempat untuk memulai eksperimen dengan ide yang sudah kamu dapat. Kamu dapat membuatnya dengan menggunakan storyboard.
Hal yang perlu kamu hindari adalah membuat prototype yang rumit. Buat prototype yang sederhana dan mudah digunakan sehingga user dapat memberikan feedback yang mudah.
5. Test
Desainer akan secara ketat menguji seluruh produk dengan menggunakan solusi terbaik yang sudah diidentifikasi selama pembuatan prototype.
Sekarang waktu kamu melakukan pengujian. Tujuan dari pengujian ini untuk melihat respons user terhadap produk yang telah kamu buat. Namun sebelum ke sana, prototype yang sudah kamu buat harus dieksekusi ke bentuk yang lebih nyata, ya.
Hal yang perlu kau hindari adalah menguji prototype yang sudah kamu buat hanya pada satu user saja. Cobalah uji pada beberapa target user dan buat perubahan yang sesuai.
Baca Juga: Konten yang Menarik: Jenis dan Etika
Contoh Design Thinking Gojek
Pastinya kamu sering menggunakan aplikasi Gojek dalam keseharianmu, bukan? Saat ini kesuksesan Gojek berasal dari para desainer yang menemukan masalah pada user saat menggunakan aplikasinya dan para desainer tersebut menggunakan design thinking sebagai solusinya. Berikut ini tahapan Gojek dalam menggunakan design thinking, antara lain:
1. Empathize
Berawal dari Nadiem Makarim (pendiri Gojek) yang memiliki pengalaman pribadi ketika menghindari kemacetan Jakarta dengan tidak membawa mobil. Nadim merasa bahwa rakyat Indonesia merasakan hal yang sama bahwa mereka membutuhkan transportasi alternatif.
Di sisi lain, Nadiem memiliki sikap empati terhadap para ojek yang bekerja selama 14 jam dalam satu hari sampai tidak bertemu anak dan istri mereka tetapi hanya mendapatkan 3 penumpang.
2. Define
Dari pengalaman pribadinya tersebut, Nadiem merasa harus membuat terobosan baru untuk mengakomodasi hal tersebut.
3. Ideate
Nadiem merumuskan beberapa solusi, salah satunya dengan menciptakan sebuah penghubung antara kebutuhan penumpang dan tukang ojek.
4. Prototype
Pada tahun 2010, Nadiem membuat sebuah call center untuk ojek konvensional yang berjumlah 20 orang driver. Setelah mendapat respons positif dari masyarakat yang menggunakan jasanya, barulah Gojek mengembangkan aplikasinya.
5. Test
Pada tahun 2015, Gojek merilis aplikasi Go-Ride untuk melihat respons masyarakat Indonesia. Tak lama kemudian, banyak driver mulai mendaftar, dari yang mulanya 20 orang menjadi 800 orang pada tahun 2015.
Saat ini Gojek telah sukses menjadi penghubung mitra ojek online dengan customer yang membutuhkan transportasi alternatif untuk menghindari kemacetan di berbagai kota di Indonesia.
Selain layanan utama tersebut, Gojek pun semakin mengembangkan bisnisnya pada layanan pesan antar makanan, barang, pembelian barang, jasa kebersihan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Perkembangan Transformasi Digital di Indonesia
Manfaat Design Thinking
Ada beberapa manfaat yang dapat kamu peroleh dengan menerapkan design thinking, yaitu:
1. Menjadi jembatan tujuan bisnis dan pengembangan kapasitas karyawan
Bicara soal tujuan bisnis, suatu perusahaan pasti mengejar keuntungan atau Return of Investment (ROI).
Kehadiran design thinking ini bermanfaat dalam proses penghematan pengeluaran perusahaan seperti pelatihan karyawan. Bukan hanya itu, design thinking pun bisa meningkatkan ROI perusahaan.
2. Dapat menciptakan ide-ide dan solusi yang inovatif
Design thinking berfokus pada pencarian solusi. Dengan menerapkan metode ini, akan menghasilkan banyak ide yang bisa dikembangkan. Ide tersebut akan membantu pengembangan perusahaan. Dalam meningkatkan produktivitas karyawan diperlukan pola pikir kreatif.
3. Design thinking berfokus pada solusi
Mayoritas perusahaan sangat menghargai experience yang dialami user. Demikian pula, design thinking yang berfokus pada experience karyawan dengan memberi mereka solusi yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Konsep ini selaras dengan experiential learning yang dicetuskan oleh David Kolb.
4. Lebih efisien dan bisa diterapkan di berbagai bidang
Pendekatan yang solutif dari design thinking bisa digunakan di berbagai bidang dalam suatu perusahaan. Keberadaan perusahaan baik jasa maupun barang, pastinya tetap memerlukan feedback yang membangun dari user guna meningkatkan produk, jasa, dan layanannya.
5. Menciptakan loyalitas pegawai
Design thinking mampu menyediakan teknologi pembelajaran berkaitan dengan keseharian user. Dalam suatu organisasi, user yang dimaksud adalah karyawan. Karyawan ini membutuhkan suatu pelatihan sehingga mereka dapat menggunakan design thinking dalam menghadapi suatu masalah dan memberikan solusi yang solutif. Fokus pelatihan yang berpusat pada karyawan ini cenderung menumbuhkan loyalitas pegawai dalam perusahaan.
Kesimpulan
Design thinking adalah pendekatan untuk memecahkan suatu masalah dengan fokus pada perspektif user. Hal ini dapat diartikan bahwa semua ide atau solusi yang kamu buat harus mempertimbangkan kebutuhan target konsumen.
Dengan melakukan design thinking, terdapat banyak manfaat yang akan kamu dapatkan, terutama dalam meningkatkan proses inovasi di perusahaan. Pada akhirnya produk yang kamu hasilkan pun menjawab kebutuhan target konsumen sekaligus bisa diterapkan oleh perusahaan. Namun, bisnis yang sukses pun memerlukan manajemen keuangan yang baik dengan bantuan laporan keuangan yang dibuat secara akurat dan real time. Tetapi, membuat laporan keuangan secara manual tentu memerlukan waktu yang lama dan sangat rentan terjadi kesalahan, bukan? Untuk itu, saat ini menggunakan aplikasi wirausaha online seperti aplikasi majoo yang memiliki fitur akuntansi.
Selain fitur akuntansi, aplikasi majoo memiliki banyak fitur lain yang bisa membantu segala operasional bisnis yang kamu jalani, seperti inventory, POS (Point of Sales), toko online, karyawan, dan lain sebagainya.
Yuk, awali #langkahmajoo mu dengan menggunakan aplikasi majoo!