Ekonomi Klasik: Teori, Ciri-ciri, dan Masalahnya

Penulis Andiana Moedasir
03 June 2022

article thumbnail

Kita memang hidup di masa modern. Namun mengetahui ekonomi klasik adalah penting agar kamu mengetahui perkembangannya.

Hal yang klasik bukan hanya menyoal fesyen dan desain interior. Aliran pertumbuhan ekonomi juga. Ya, ekonomi klasik namanya.

Memang ada, ya, manfaatnya mempelajari ekonomi klasik bagi pengusaha? Ada, dong.

Kamu sadar, kan, kalau pebisnis ini menggerakan roda apa? Yes, roda perekonomian bangsa. Terdengar keren, ya? Lalu apa hubungannya?

Begini, dengan memahami pemikiran ekonomi klasik yang terjadi pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-18, kamu akan tahu perilaku pengusaha pada zaman tersebut.

Serta cara pandang masyarakat serta tokoh yang berpengaruh pada era itu mengubah arah kemudi dari roda perekonomian.

Dengan memahaminya, pandanganmu sebagai pengusaha akan lebih kaya. 

Apa yang Terjadi Hingga Lahirnya Ekonomi Klasik?

Oke, kita atur dahulu mode pengaturan waktu di pikiranmu, ya. Saat itu adalah tahun 1770-an. 

Nah, bisa dibilang, pemikiran tokoh ekonomi klasik adalah ‘teriakan lantang’ di tahun tersebut yang mengkritik keras pandangan kaum merkantilis. Siapa mereka?

Dikutip dari Skousen (2009) dalam bukunya Sang Maestro: Teori-teori Ekonomi Modern, merkantilis percaya bahwa ekonomi dunia bersifat stagnan dan kekayaannya tetap.

Bisa dibayangkan, para merkantilis percaya bahwa suatu negara hanya dapat berkembang dengan mengorbankan negara lain. Wah, akibatnya perekonomian bersifat monopoli bahkan sampai disahkan pemerintah.

Parahnya lagi, pemerintah mendukung usaha ‘mencaplok’ negara lain melalui pengiriman pasukan ke negara yang miskin untuk dikeruk kekayaannya.

Sistem merkantilis yang sudah mapan beranggapan bahwa kekayaan hanya terdiri dari uang, yang waktu itu berbentuk emas dan perak.

Di tengah kondisi ekonomi yang seperti itu, ada seseorang yang merasa ‘gerah’ akan sistem yang tengah berjalan. Ialah Adam Smith.

Adam Smith kala itu adalah seorang profesor ‘gila’ saking pinternya yang mengajar “filsafat moral” di Universitas Glasgow.

Dalam bukunya An Inquiry into The Nature and Causes of The Wealth of Nations, Smith beranggapan bahwa aturan saat itu begitu membatasi perdagangan, produksi, dan pada akhirnya membatasi standar hidup.

Smith berpikir semua ini akan menimbulkan konflik dan perang antar bangsa. 

Kebijakan merkantilis hanya menghasilkan kemakmuran dan keuntungan bagi produsen dan pemegang monopoli saja. Tidak menguntungkan konsumen bahkan sering dikorbankan demi kepentingan produsen, menurut Smith.

“Jika suatu negara lain dapat memberikan kita komoditas yang lebih murah ketimbang jika kita membuatnya sendiri, maka kita lebih baik membelinya dari negara tersebut,” begitu kata Smith yang tak menyukai ide mencaplok kekayaan negara orang.

Pemikiran Adam Smith dipopulerkan oleh kalangan pakar ekonomi klasik berikutnya, seperti David Ricardo, Thomas Robert Malthus, dan Jean Baptiste Say.

Pemikiran ini berpengaruh di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19 serta menjadi titik awal munculnya kapitalisme yang berfokus pada kemakmuran. 

Oleh karena itu, secara definisi, ekonomi klasik adalah teori yang beranggapan bahwa pasar bebas akan membentuk keseimbangannya secara mandiri.

Tak hanya itu, ekonomi klasik adalah suatu perekonomian yang diatur oleh mekanisme pasar sehingga  tingkat penggunaan tenaga kerja secara penuh akan selalu tercapai.

Lalu, mengapa disebut ekonomi klasik? Ya, karena ada ekonomi modern. Jadi layaknya pertumbuhan yang terus berubah, pada perkembangannya ada yang menampik pendapat Smith beserta tokoh aliran ekonomi klasik. Kita bahas nanti, ya.

Sekarang kita fokus dahulu pada aliran ekonomi klasik. Stay tuned!

Baca Juga: Investor adalah: Pengertian, Tujuan, dan Jenis-Jenisnya 

Ciri-Ciri Ekonomi Klasik

Yuk, pelajari ciri-ciri ekonomi klasik yang membedakannya dengan pemikiran aliran ekonomi lainnya.

  • Laissez faire. 

Dasar sistem ekonomi adalah sistem bebas berusaha. Jadi, dianggap perekonomian mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi seimbang secara otomatis.

  • Pasar bebas. 

Dalam kondisi pasar bebas maka akan terjadi terjadi “full employment” atau kesempatan kerja penuh alias tidak adanya pengangguran.

  • Pemerintah tidak ikut campur. 

Peran pemerintah sebatas masalah penegakan hukum, menjaga keamanan, serta pembangunan infrastruktur. Tidak ‘ngatur-ngatur.’

  • Pelaku ekonomi punya andil. 

Harga barang ditentukan oleh produsen dan konsumen.

  • Upah fleksibel. 

Tingkat upah ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Upah akan turun jika tenaga kerja berlebih. Pun sebaliknya, upah naik jika ada kekurangan tenaga kerja.

Baca Juga: Kegiatan Ekonomi: Pengertian, Sejarah, dan Jenis

Karakteristik Pemikiran Ekonomi Klasik

Menurut Skousen (2009), karakter yang melekat pada pemikiran ekonomi klasik biasanya berfokus pada hak-hak pelaku ekonomi yang berupa: 

  1. Kebebasan (freedom) yaitu hak untuk memproduksi dan memperdagangkan produk, tenaga kerja, dan modal.
  2. Kepentingan diri (self-interest) yaitu hak seseorang untuk melakukan usaha sendiri dan membantu kepentingan diri orang lain.
  3. Persaingan (competition) yaitu hak untuk bersaing dalam produksi dan perdagangan barang dan jasa.

Smith dalam bukunya The Wealth of the Nations menyebutkan bahwa kepentingan pribadi (self interest) akan menghasilkan masyarakat yang stabil dan makmur tanpa perlu diatur oleh negara secara terpusat.

Doktrin tentang kepentingan ini sering disebut sebagai “invisible hand” (tangan gaib). Ia menuliskannya seperti sebuah cerita.

“Kita mendapatkan malam kita bukan dari kemurahan hati tukang daging, pembuat bir, atau pembuat roti tetapi dari penghargaan mereka terhadap kepentingan diri mereka sendiri.

Kita tidak memperhatikan kemanusiaan mereka, tetapi kepada cinta diri mereka sendiri.

Setiap individu yang menggunakan modalnya dan tenaganya tidak bermaksud untuk mempromosikan kepentingan publik. 

Ia tidak tahu seberapa besar ia mempromosikan tujuan yang sebenarnya adalah bukan dari kehendaknya.

Dengan mengejar kepentingannya sendiri dia sering kali juga mempromosikan kepentingan masyarakat tanpa disadarinya”.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Klasik

Kami ringkaskan, ya, prinsip-prinsip ekonomi klasik yang dikembangkan Adam Smith beserta tokoh klasik lainnya.

Prinsip ini diturunkan dari generasi ke generasi sampai akhirnya dipatahkan oleh penganut aliran ekonomi modern.

Ini dia prinsip-prinsipnya dikutip dari Skousen (2009).

  • Penghematan, kerja keras, kepentingan diri yang baik, dan kedermawanan terhadap orang lain adalah kebaikan. Hal ini harus menjadi dasar dan perlu didukung selama proses ekonomi. 
  • Pemerintah harus membatasi kegiatannya pada pengaturan keadilan, memperkuat hak milik privat, dan mempertahankan negara dari serangan asing. 
  • Negara harus mengadopsi kebijakan Laissez Faire non-intervensi yaitu, perdagangan bebas, pajak rendah, dan birokrasi minimal. 
  • Standar klasik emas/perak akan mencegah negara mendepresiasi mata uang dan akan menghasilkan lingkungan moneter yang stabil di mana ekonomi bisa berkembang.

 Adanya teori ekonomi klasik menguak tiga masalah utama yang dihadapi masyarakat pada sekitar abad 18.

Permasalahan Ekonomi Klasik

Utamanya, permasalah ekonomi klasik ada pada cara masyarakat atau negara mencapai kondisi makmur.

Kemakmuran ini maksudnya masyarakat terpenuhi kebutuhannya akan barang dan jasa.

Oleh karena itu, permasalahan ekonomi klasik mencakup 3 hal tiga bentuk kegiatan ekonomi yakni produksi, distribusi, dan konsumsi.

Baca Juga: Masalah Ekonomi Modern: Contoh dan Faktor yang Memengaruhi

Masalah Produksi

Masyarakat perlu memikirkan dan menentukan langkah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi beragam kebutuhan.

Produsen memiliki peran penting sebagai pihak yang menjadi solusi akan masalah ini.

Tentu saja karena kemampuannya untuk memutuskan ragam barang dan jasa yang diproduksi, lengkap dengan strategi produksinya.

Masalah Distribusi

Masyarakat harus menentukan cara menyalurkan barang dan jasa agar bisa sampai pada konsumen yang membutuhkan.

Distributor memiliki peran penting sebagai solusi dari masalah penyaluran ini. 

Ya, distributor memiliki kemampuan untuk menyusun rencana dan strategi yang membuat barang dan jasa berhasil didistribusikan dari produsen ke konsumen secara efektif serta efisien. 

Masalah Konsumsi

Masyarakat harus menentukan cara agar barang dan jasa yang sudah terdistribusi dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

Konsumen berperan penting dalam mengatasi masalah ini.

Ya, alasannya sudah dipastikan karena konsumen memiliki daya untuk memutuskan untuk menggunakan barang dan jasa yang tersedia dalam memenuhi kebutuhannya.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Dari awal Smith, Smith, dan Smith terus. Nggak, kok. Teori pertumbuhan ekonomi klasik juga diusung tokoh ekonomi besar lainnya. 

Agar lebih memahami mengenai ekonomi klasik, ayo selami pemikiran sampai pendapat dari  tokoh-tokoh tersebut.

Adam Smith (1723-1790)

Adam Smith merupakan tokoh yang menyuarakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”.

Ia meyakini sistem ekonomi tersebut, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum jika melibatkan dua unsur ini: 

  1. Pertumbuhan penduduk.
  2. Pertumbuhan output total, berupa barang dan jasa yang dipengaruhi: sumber daya alam, tenaga kerja, dan persediaan barang.

Jadi, agar output naik, maka sumber daya alam harus dikelola oleh tenaga kerja yang andal, dan peralatan yang baik. 

Thomas Robert Malthus (1766-1834)

Menurut Thomas Robert Malthus, perkembangan perekonomian suatu negara ditentukan oleh pertambahan jumlah penduduk.

Bisa dibayangkan jika jumlah penduduk bertambah maka permintaan akan barang dan jasa juga bertambah. 

T.R. Malthus mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya).

Hal ini berakibat pada makin terbatasnya hasil produksi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pada akhirnya, masyarakat akan hidup dalam kemandegan ekonomi. 

David Ricardo (1772-1823)

Senada dengan Malthus, David Ricardo berpendapat jika faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga dua kali lipat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah.

Jadi begini, jika jumlah penduduk meningkat maka tenaga kerja akan berlebih. Kondisi ini menyebabkan upah menjadi turun.

Upah yang digunakan untuk membiayai hidup menjadi terasa pas-pasan atau kurang alias mandeg. Teori beliau jelaskan dalam bukunya The Principles of Political and Taxation.

John Stuart Mill (1806-1873)

Pandangan Mill sebenarnya mendukung kebijakan pasar bebas. Walau begitu, dia masih bisa menoleransi adanya intervensi dalam pasar, misalnya pajak alkohol. 

Dia juga menoleransi adanya intervensi legislatif yang bertujuan untuk perlindungan binatang.

Dalam pandangannya, ia berpendapat bahwa sumber daya alam dan tenaga kerja adalah dua faktor utama dalam produksi. Sedangkan modal hanyalah akumulasi hasil kerja dari tenaga kerja sebelumnya. 

Pertumbuhan ekonomi akan terwujud jika faktor sumber daya alam  dan modal dapat membantu peningkatan produksi lebih dari kekuatan tenaga kerja yang kaya potensi.

Jika sumber daya manusia bekerja secara maksimal, maka akan menjadi konsumen yang lebih produktif menjaga siklus produksi. 

Pendapat dan pandangan tokoh di atas harus kamu bayangkan tercetus di abad ke-18, ya. Tentu saja ada perbedaan cara pandang dalam mencapai kemakmuran. Ya, kemakmuran yang menjadi tujuan utama perekonomian. 

Baca Juga: Pengertian, Contoh dan Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Tradisional

Kesimpulan

Lain dulu, lain sekarang. Zaman bergulir seiring dengan masalahnya yang makin kompleks. Jika kamu sudah memahami era ekonomi klasik, kami sarankan untuk mengkaji era ekonomi modern.

Informasi yang lengkap ini akan memberikanmu pemahaman dan kebijaksanaan dalam melihat bisnismu sebagai bagian dari sejarah perekonomian bangsa.

Sekarang majoo ajak kamu membaca artikel lain seputar ekonomi yang akan membuka wawasanmu dalam berbisnis.

Semoga selalu semangat mengkaji hal baru, ya!

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Frequently Asked Question

Secara definisi, ekonomi klasik adalah teori yang beranggapan bahwa pasar bebas akan membentuk keseimbangannya secara mandiri. Tak hanya itu, ekonomi klasik adalah suatu perekonomian yang diatur oleh mekanisme pasar sehingga tingkat penggunaan tenaga kerja secara penuh akan selalu tercapai.
Ciri-ciri ekonomi klasik yang membedakannya dengan aliran ekonomi lainnya: (1) Laissez faire, (2) Pasar bebas, (3) Pemerintah tidak ikut campur, (4) Pelaku ekonomi punya andil, (5) Upah fleksibel.
Masalah dalam ekonomi klasik mencakup 3 hal tiga bentuk kegiatan ekonomi yakni produksi, distribusi, dan konsumsi: (1) Masalah Produksi: Masyarakat perlu memikirkan dan menentukan langkah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi beragam kebutuhan, (2) Masalah Distribusi: Masyarakat harus menentukan cara menyalurkan barang dan jasa agar bisa sampai pada konsumen yang membutuhkan. (3) Masalah Konsumsi Masyarakat harus menentukan cara agar barang dan jasa yang sudah terdistribusi dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo