Beberapa dekade lalu, konsep ekonomi kreatif mungkin bukanlah sesuatu yang umum digunakan. Namun, seiring berkembangnya zaman serta kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi, konsep ini justru digadang-gadang sebagai sebuah inovasi yang solutif untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Wah, memangnya ekonomi kreatif ini konsep yang bagaimana, sih? Mengapa persepsi yang muncul terhadap konsep ini bisa sedemikian hebatnya? Yuk, coba kita telaah lebih dalam untuk mengetahui jawabannya!
Baca juga: Memahami Masalah Ekonomi dan Faktor yang Memengaruhinya
Pengertian Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang menyempurnakan praktik-praktik ekonomi sebelumnya; dari ekonomi pertanian berkembang menjadi ekonomi industri, kemudian berkembang lagi menjadi ekonomi informasi, dan akhirnya berkembang menjadi ekonomi kreatif.
Sesuai dengan nama yang dimilikinya, pengertian ekonomi kreatif adalah konsep penyelenggaraan kegiatan ekonomi apa pun yang berpusat pada ide atau gagasan kreatif. Dengan mengutamakan gagasan yang kreatif, kegiatan ekonomi dianggap dapat menciptakan lapangan pekerjaan, menghasilkan pendapatan, dan pada akhirnya menumbuhkan kesejahteraan.
Karena tujuan akhir yang dimilikinya tersebut, konsep ini kemudian terus didorong untuk mengatasi krisis ekonomi yang tadinya menjadi kendala bagi masyarakat untuk memiliki mata pencaharian.
Baca juga: Kegiatan Ekonomi: Pengertian, Sejarah, dan Jenis
Ciri-Ciri Ekonomi Kreatif
Ada beberapa ciri ciri ekonomi kreatif yang harus dipenuhi agar suatu praktik atau kegiatan ekonomi dapat digolongkan ke dalam konsep ini:
1. Mengutamakan Kolaborasi
Inovasi dapat muncul dari mana saja dan bisa digagas oleh siapa pun. Setiap orang pasti memiliki gagasan sendiri dalam melakukan suatu kegiatan ekonomi. Namun, karena setiap orang juga memiliki sudut pandang dan kepentingannya masing-masing, gagasan yang muncul umumnya memiliki lingkup yang terbatas pada dirinya sendiri.
Agar gagasan praktik ekonomi yang dilakukan dapat digolongkan sebagai sesuatu yang kreatif, ruang lingkup yang membatasi gagasan tersebut pun harus dilepas dan dapat diterapkan oleh pihak lain di luar dari pencetus gagasan itu sendiri. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah praktik yang sangat mengutamakan kolaborasi antara satu pihak dengan pihak yang lain.
Melalui kolaborasi tersebut, gagasan yang muncul pun tidak hanya berdampak secara sepihak terhadap kepentingan dari pemilik gagasan tersebut saja, tetapi juga terhadap kepentingan setiap pihak yang terlibat. Dengan demikian, efek dari praktik ekonomi yang dilakukan pun akan lebih luas jangkauannya.
2. Mengedepankan Ide dan Kreativitas
Berpusat pada ide dan gagasan kreatif merupakan ciri ciri ekonomi kreatif yang paling utama. Maksudnya, dalam konsep yang satu ini, setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan diharapkan dapat menjadi terobosan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Praktik ini cukup sering ditemukan, sebagai contoh saja, pada bisnis yang bergerak di bidang kuliner. Tren minuman kekinian, misalnya saja, muncul dari gagasan kreatif untuk meracik bahan-bahan modern seperti bubble atau boba dengan bahan-bahan tradisional seperti gula merah.
Jika dilihat lagi ke belakang, keputusan untuk menggabungkan kedua bahan yang berbeda sifat tersebut merupakan sebuah terobosan yang sangat inovatif. Sebagai hasilnya, minuman kekinian pun sempat menjadi tren yang diikuti oleh banyak sekali pemilik usaha. Meski demikian, setiap pemilik usaha yang berlomba-lomba dalam bidang ini toh masih dapat menorehkan pendapatan bisnis yang cukup besar.
Memikirkan sesuatu yang baru dan di luar kebiasaan tak hanya dapat menciptakan sebuah tren, lebih jauh dari itu, dengan adanya bisnis yang baru berarti akan bermunculan pula lapangan pekerjaan baru yang dapat mengakomodasi kebutuhan banyak orang. Oleh karena itu, tak heran jika praktik ekonomi kreatif terus-menerus didorong oleh pemerintah dengan berbagai program yang dimilikinya, kan?
3. Fleksibel dalam Inovasi
Ciri ciri ekonomi kreatif yang tak boleh ketinggalan adalah tidak adanya batasan dalam berinovasi. Dalam konsep ini, apa pun seharusnya dapat digarap secara serius menjadi suatu bisnis, bahkan mengaduk tape ketan bersama bubuk matcha untuk menyajikan menu baru yang benar-benar unik dan menarik.
Sesuatu yang mungkin dianggap aneh, dapat menjadi tren yang mengundang keuntungan jika digarap dengan baik dan dibarengi pula oleh pemasaran yang tepat. Dengan kata lain, agar dapat menciptakan bisnis yang benar-benar kreatif, gagasan apa pun yang muncul tidak boleh dibatasi dengan pertimbangan umum, tetapi justru dilihat dari aspek bisnisnya.
Ketika muncul sebuah gagasan yang inovatif, pemilik usaha perlu memastikan terlebih dahulu kemungkinan gagasan tersebut untuk diwujudkan dalam proses produksi. Selanjutnya, proyeksi keuntungan yang bisa dihasilkan oleh inovasi tersebut pun dibuat dengan menghitung biaya produksi serta harga jualnya. Apabila dari proyeksi tersebut diketahui potensi keuntungannya sepadan dengan besarnya biaya produksi, proses produksi pun bisa segera dimulai.
Apabila inovasi-inovasi yang lahir dibatasi seperti dalam praktik ekonomi konvensional, kemudian kemungkinannya untuk diproduksi menjadi berkurang, padahal tidak ada perhitungan lebih dahulu dari aspek keuntungan bisnisnya, praktik tersebut akan digolongkan ke dalam ekonomi tradisional, bukan ekonomi kreatif.
Baca juga: Pengertian, Contoh, dan Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Tradisional
Contoh Ekonomi Kreatif
Ada banyak sekali contoh ekonomi kreatif yang produknya dapat kita lihat di pasaran. Salah satu yang paling mudah dijumpai adalah banyaknya desa-desa pariwisata yang menawarkan keuntungan bisnis yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Dengan konsep yang diusung, keberadaan desa wisata memenuhi ciri ciri ekonomi kreatif, mulai dari adanya kolaborasi antara penduduk desa dengan pemerintah daerah setempat hingga pemilik usaha lain yang ada di sekitar kawasan desa tersebut untuk memajukan perekonomian desa, hingga adanya inovasi untuk mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat desa menjadi komoditas bisnis yang menarik untuk dijual kepada masyarakat urban.
Selain desa wisata, berbagai pemilik usaha yang memutuskan untuk memulai usaha rintisan atau startup juga dapat digolongkan sebagai pelaku ekonomi kreatif. Bagaimana tidak? Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan startup umumnya mengusung konsep yang sangat inovatif, misalnya saja dengan memungkinkan adanya digitalisasi lingkungan sekolah untuk menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang unik hingga jasa ojek yang dikelola secara online untuk melayani setiap kebutuhan pelanggan.
Dari contoh-contoh tersebut, bagaimanapun juga, tetap ada benang merah yang bisa ditarik: Memaksimalkan gagasan yang inovatif dan mewujudkannya menjadi suatu bisnis dengan keuntungan besar. Baik kolaborasi, kreativitas, serta inovasi dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menghadirkan lapangan kerja yang dapat meningkatkan kesejahteraan banyak orang sembari dalam waktu bersamaan memenuhi kebutuhan pasar.
Jangan ragu untuk mewujudkan gagasan kreatif yang muncul. Untuk mendorong praktik ekonomi kreatif, setiap gagasan yang muncul sebaiknya dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar dapat diterapkan secara langsung. Jika perlu, manfaatkan aplikasi majoo untuk mengelola gagasan-gagasan yang kreatif tersebut ketika sudah diwujudkan menjadi suatu bisnis.
Aplikasi majoo sudah dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan yang tak hanya dapat mempermudah pengelolaan bisnis, tetapi juga membantu pelaku usaha untuk merancang strategi bisnis yang kreatif berdasarkan analisis data yang akurat. Jadi, tunggu apa lagi? Segera gunakan aplikasi majoo sekarang juga!
Baca juga: 10 Prinsip Ekonomi dan Contohnya Dalam Kehidupan Sehari-hari