Inklusi adalah salah satu karakter yang terus didorong masuk ke dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, mulai dari pendidikan yang inklusif, lingkungan kerja yang inklusif, termasuk pengelolaan keuangan yang inklusif pula.
Bagi para pelaku usaha, mungkin karakter ini masih terasa asing di telinga, selain karena mungkin tak pernah bisa menemukan kaitan antara operasional bisnis dengan inklusi, atau karena tidak memahami apa yang dimaksud dengan inklusi itu sendiri.
Sebenarnya, mungkin tidak, sih, karakter inklusi ini dimaksimalkan dalam pengelolaan keuangan untuk meningkatkan keuntungan bisnis? Sebelum dapat menjawab pertanyaan tersebut, sudah tentu kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa, sih, yang dimaksud dengan inklusi keuangan itu sendiri!
Yuk, mari kita simak bersama-sama!
Apa yang Dimaksudkan dengan Inklusi Keuangan
Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2007-2008 digadang-gadang sebagai penyebab tumbuhnya kesadaran akan pengelolaan keuangan yang inklusif. Saat krisis keuangan tersebut melanda, yang terkena dampak paling besar adalah mereka yang memiliki pendapatan kecil dan tidak stabil atau orang-orang yang memang memiliki keterbatasan dalam memperoleh penghasilan.
Karenanya, kemudian muncul gagasan untuk membuka akses terhadap kegiatan finansial secara luas, sehingga manfaatnya bisa dinikmati oleh siapa saja, terlepas dari batasan yang dimiliki masing-masing pihak. Dengan kata lain, inklusi keuangan adalah sebuah upaya penyediaan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau oleh masyarakat secara luas.
Berdasarkan pengertian singkat tersebut, keuangan yang inklusif tidak hanya menyediakan produk-produk serta jasa keuangan seperti tabungan, kredit, maupun asuransi, tetapi juga memastikan setiap transaksi tersebut mudah untuk dilakukan dan memiliki keberlanjutan.
Pemberian kredit atau pinjaman bank dengan suku bunga serta cicilan yang terjangkau merupakan contoh inklusi keuangan di sektor perbankan, karena dengan sistem yang demikian, seseorang dapat dengan mudah melakukan pinjaman tanpa memiliki kekhawatiran tidak terbayarnya cicilan yang sudah ditentukan. Transaksi keuangan tersebut akan dilakukan dengan penuh tanggung jawab, dan dapat terus berlanjut sehingga dapat disebut sebagai praktik keuangan yang inklusif.
Baca juga: Suku Bunga adalah: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Rumusnya
Apa yang Dapat Dicapai dari Inklusi Keuangan?
Sebagai praktik yang mulai banyak dipopulerkan setelah sebuah krisis finansial yang dihadapi secara global, jelas tujuan inklusi keuangan yang paling utama adalah memastikan krisis finansial tersebut tidak terjadi lagi di masa yang akan datang dengan praktik-praktik finansial yang inklusif.
Namun, selain itu ada beberapa lagi tujuan yang ingin dicapai dengan membuat aktivitas finansial inklusif, misalnya saja:
1. Menghindari Adanya Ketimpangan Ekonomi
Krisis global yang melanda pada tahun 2007-2008 lalu terjadi akibat kegagalan masyarakat dalam memenuhi kewajiban utangnya. Situasi ini muncul karena masih adanya ketimpangan dalam pemerataan ekonomi.
Wajar saja, di masa lalu, produk serta layanan keuangan umumnya hanya dapat dinikmati oleh para pemegang modal. Padahal, secara jumlah, kelompok ini merupakan minoritas jika dibandingkan dengan masyarakat awam yang tidak memiliki modal.
Ketika seseorang tidak dapat mengakses produk dan layanan keuangan dengan mudah, tingkat ekonomi orang tersebut akan sulit untuk berubah ke arah yang lebih baik. Karenanya salah satu tujuan inklusi keuangan adalah mengurangi ketimpangan ekonomi, sehingga semua orang memiliki kesempatan yang lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraannya melalui berbagai produk serta layanan keuangan.
2. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Bayangkan bila produk serta jasa keuangan yang disediakan oleh pemerintah maupun layanan perbankan pada umumnya tidak dapat dinikmati secara luas atau tidak terjangkau oleh masyarakat umum. Tentu daya beli masyarakat pun akan menurun, dan sebagai akibatnya, perekonomian akan terguncang karena roda ekonomi tidak dapat berputar lancar.
Oleh karena itu, peningkatan perekonomian pun menjadi salah satu tujuan inklusi keuangan yang ingin dicapai, karena dengan tersedianya produk serta jasa keuangan secara luas, pemerintah dapat memastikan masyarakat memiliki pilihan untuk meningkatkan daya belinya.
Perekonomian masyarakat yang tinggi bertujuan untuk menjamin adanya kegiatan ekonomi di sektor akar rumput, sehingga perputaran ekonomi terus terjadi dan potensi berulangnya krisis finansial global pun dapat semakin ditekan.
3. Peningkatan Produk dan Layanan Keuangan
Ingat bahwa selain ketersediaan akses, kata kunci lain dari inklusi keuangan adalah praktik yang bertanggung jawab serta berkelanjutan. Dengan kata lain, ketika ingin mengeluarkan produk atau jasa keuangan tertentu, pemerintah serta layanan perbankan tidak hanya harus memperhatikan ketersediaan aksesnya saja, tetapi juga harus memastikan layanan tersebut diberikan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, melalui praktik keuangan yang inklusif, produk serta layanan keuangan tidak bisa diluncurkan secara asal, tetapi juga harus dipertimbangakn dengan sematang mungkin. Kualitasnya pun harus diperhatikan agar tidak memunculkan masalah di kemudian hari atau bahkan krisis finansial global berikutnya.
Baca juga: Menghitung Pertumbuhan Bisnis Tahunan Menggunakan CAGR
Mengapa Dibutuhkan Inklusi Keuangan dalam Bisnis?
Setelah memahami pengertian serta apa yang menjadi tujuan inklusi keuangan, pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul adalah, “Mengapa pelaku usaha perlu menerapkan praktik ini dalam menjalankan operasional bisnisnya? Apa manfaat yang bisa diperoleh?”
Sebenarnya, ada banyak sekali manfaat inklusi keuangan yang dapat dirasakan oleh pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya, lho!
Memperluas Pasar yang Bisa Ditarget
Karena inklusi keuangan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung, pelaku usaha pun akan menjadi pihak yang diuntungkan karena dengan tingkat ekonomi yang tinggi, kemungkinan terjadi transaksi atau pembelian pun akan semakin besar pula.
Apabila dulu pelaku usaha harus memilah mana pasar yang ingin ditarget dan benar-benar dapat menjangkau produk maupun jasa yang ditawarkan, dengan praktik keuangan yang inklusif ini pasar tersebut akan semakin luas.
Salah satu contoh inklusi keuangan yang manfaatnya bisa dinikmati oleh pelaku usaha adalah mudahnya seseorang melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Memang, di satu sisi keberadaan pinjaman online yang tidak diregulasi dengan baik akan menjadi masalah, tetapi di sisi lain dengan kemudahan melakukan pinjaman ini, produk maupun jasa yang tadinya tidak terjangkau pun dapat dibeli secara luas.
Pelaku usaha dapat memanfaatkan praktik keuangan yang inklusif ini, misalnya saja, dengan melakukan kerja sama dengan berbagai penyedia jasa keuangan yang memungkinkan pelanggan untuk menyelesaikan pembayaran dengan cicilan.
Baca juga: Masalah Ekonomi Modern: Contoh dan Faktor yang Memengaruhi
Memberikan Kemudahan bagi Pelanggan dalam Bertransaksi
Peluncuran QRIS oleh Bank Indonesia pada tahun 2019 lalu merupakan salah satu contoh inklusi keuangan yang manfaatnya dapat dinikmati oleh pelaku usaha.
Melalui QRIS, pelanggan menjadi lebih mudah dalam menyelesaikan transaksi dengan berbagai platform penyedia jasa dompet digital. Tanpa perlu membawa uang fisik ke mana-mana, pelanggan tetap dapat menikmati setiap produk maupun jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha.
Tentu pelaku usaha dapat memaksimalkan perolehan pendapatan bisnisnya dengan mendukung program ini, misalnya dengan mendaftarkan bisnisnya untuk memperoleh kode QR yang dapat dipindai ketika pelanggan ingin menyelesaikan pembayaran menggunakan uang yang tersimpan di dompet digitalnya. Bukan tidak mungkin kepuasan pelanggan pun akan meningkat dengan beragamnya pilihan pembayaran yang ada, sehingga pengembangan bisnis pun dapat lebih mudah lagi untuk dilakukan.
Sebenarnya, masih ada sejumlah manfaat inklusi keuangan lagi yang dapat dinikmati oleh pelaku usaha. Kemudahan dalam melakukan pinjaman, misalnya saja, tidak hanya diperuntukkan bagi pelanggan yang ingin memenuhi kebutuhan sehari-harinya; tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai modal untuk mengembangkan bisnis yang dijalankannya.
Kunci utama dari inklusi adalah ketersediaan akses bagi siapa saja, termasuk bagi pelaku usaha itu sendiri. Coba cari tahu berbagai program, produk, maupun layanan keuangan yang sudah dikeluarkan, dan maksimalkan untuk pengembangan bisnis. Misalnya saja dengan mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, atau layanan keuangan mikro lainnya yang mendukung terjadinya praktik keuangan yang inklusif.
Agar bisnis semakin mudah untuk dikelola, pelaku usaha juga dapat berlangganan layanan aplikasi majoo dengan berbagai fitur yang tak hanya dapat digunakan untuk memastikan kelancaran operasional bisnis saja, tetapi juga untuk pengembangan bisnis ke depannya. Melalui aplikasi majoo, pelaku usaha dapat memastikan setiap produk dan jasa yang ditawarkannya dapat ditawarkan secara inklusif kepada setiap pelanggan setianya.
Jangan tunggu terlalu lama, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!
Baca juga: QRIS, Satu Langkah Penting Menuju Digitalisasi Bisnis