Di antara banyak jenis pembukuan, jurnal laba ditahan mungkin menjadi salah satu yang paling dihindari oleh banyak pelaku usaha. Pasalnya, sekalipun bicara tentang laba, jurnal yang satu ini memiliki perhitungan yang cukup rumit lengkap dengan ayat-ayat penyesuaiannya yang tak mudah dipahami.
Namun, sebenarnya jika kita mau mencoba, jurnal yang satu ini cukup mudah, kok, untuk dipelajari. Sebagai salah satu jenis jurnal khusus, penyusunan jurnal yang satu ini memang cukup spesifik dan sedikit rumit, tetapi sebenarnya tidak terlalu membuat pusing, kok. Tak percaya? Yuk, langsung saja kita buktikan dengan membahasnya secara mendetail!
Apa Itu Jurnal Laba Ditahan?
Dibilang merepotkan, sebenarnya jurnal laba ditahan merupakan salah satu jenis akuntansi yang sangat bermanfaat. Pasalnya jurnal ini umumnya difungsikan untuk mencatat nilai keuntungan yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha.
Jika kita telaah dari namanya, jurnal ini khusus diperuntukkan bagi laba yang ditahan. Eits, jangan langsung berpikiran negatif dengan menganggap laba ini melakukan tindak kriminal sehingga ditahan oleh polisi, ya, karena maksud ditahan dalam kasus ini adalah tidak dibagi kepada pemilik saham.
Seperti yang kita ketahui, terkadang sebuah usaha dijalankan dengan modal yang dikumpulkan dari pemegang saham atau investor. Nah, biasanya, di akhir periode keuangan, keuntungan usaha akan dihitung dan dibagi kepada setiap pemegang saham tersebut. Namun, tidak demikian dengan laba ditahan.
Dalam pembagian hasil usaha, laba ditahan dikeluarkan dari jumlah keuntungan bisnis yang didapatkan dan tidak dibagikan kepada investor maupun pemegang saham. Biasanya, laba ditahan ini akan menjadi modal untuk periode keuangan berikutnya atau pengembangan usaha.
Setelah mengerti maksudnya, cukup mudah, kan, untuk memahami bagaimana cara kerja jurnal laba ditahan ini?
Baca Juga: Jurnal Kas Kecil: Pengertian, Contoh, dan Metodenya
Jurnal Penutup Laba Ditahan
Bicara tentang laba ditahan, tentu kita perlu bicara pula terkait jurnal penutup laba ditahan. Berbeda dengan jenis jurnal yang lain, jurnal penutup merupakan jenis akuntansi untuk menutup suatu akun di akhir periode akuntansi, atau umumnya setiap akhir tahun.
Dalam jurnal penutup ini, kita akan mengetahui besarnya laba ditahan secara keseluruhan, bukan hanya pada tahun berjalan saja. Agar lebih gampang memahaminya, coba bayangkan aktivitas pencatatan keuangan yang dilakukan setiap tahunnya.
Nah, dalam aktivitas tersebut, tentu besarnya laba yang ditahan akan dihitung dari total modal yang dimiliki di awal tahun, ditambah dengan pemasukan sepanjang tahun, dan dikurangi dengan seluruh pengeluaran di tahun tersebut, kan? Namun, jika hanya seperti itu, tentu besarnya nilai laba ditahan yang diketahui hanya yang tercatat di tahun tersebut saja.
Dalam situasi ini, jurnal penutup laba ditahan bisa dibuat untuk mengetahui total nilai laba ditahan dari awal usaha dijalankan hingga akhir periode berjalan. Sedikit rumit, memang, tetapi penting untuk diketahui karena kita bisa memperkirakan rataan laba ditahan di setiap tahunnya.
Baca Juga: Inilah Tabel Jurnal Umum dan Cara Membuatnya Untuk Kamu!
Bagaimana Cara Mencatat Jurnal Laba Ditahan?
Setidaknya, ada dua cara mencatat jurnal laba ditahan, yaitu dengan mencatat batasan laba ditahan. Misalnya saja, dari kegiatan usaha yang dilakukan sepanjang tahun, diketahui bahwa biaya operasionalnya memakan hingga Rp30.000.000.
Kemudian pada periode keuangan berikutnya pelaku usaha memutuskan untuk tidak melakukan pengembangan usaha, artinya dibutuhkan modal setidaknya sebesar Rp30.000.000 untuk memastikan operasional bisnis di tahun yang akan datang dapat dijalankan.
Artinya, besarnya laba ditahan sudah ditentukan sebesar Rp30.000.000. Berapapun besarnya keuntungan atau laba yang diperoleh, angka Rp30.000.000 tersebut akan menjadi batasan laba ditahan, jika keuntungan lebih besar daripada angka tersebut, sisa laba dapat menjadi dividen yang dibagikan ke pemegang saham.
Cara mencatat jurnal laba ditahan yang kedua adalah dengan menghitung terlebih dahulu dividen untuk pemegang saham. Dari sana, total laba dapat dikurangi oleh dividen menjadi laba ditahan. Misalnya saja ketika kita sudah menjanjikan bahwa pemegang saham akan menerima 5% keuntungan setiap tahunnya, artinya batasan dividen ditentukan terlebih dahulu, setelah dividen dibagikan, sisa laba menjadi laba ditahan.
Baca Juga: Jurnal Umum Akuntansi: Pengertian, Format, dan Contohnya
Membuat Jurnal Penyesuaian Laba Ditahan
Dari penjelasan di atas, tentu tidak sulit, kan, untuk menghitung besarnya laba ditahan? Namun, sayangnya, dalam praktik pengelolaan bisnis, terkadang laba yang kita terima masih belum total. Situasi ini terjadi ketika laba tersebut datang dari pendapatan akrual atau pendapatan yang telah dihasilkan, tetapi belum diterima.
Situasi ini kerap terjadi karena tak semua transaksi dilakukan secara tunai. Terkadang, sebagai pelaku usaha, kita juga harus menerima transaksi yang diselesaikan secara utang. Artinya, pendapatan yang seharusnya diterima, masih belum diterima sepenuhnya hingga akhir periode pencatatan keuangan.
Dalam situasi tersebut, jurnal penyesuaian laba ditahan perlu dibuat agar kita bisa mengetahui besarnya laba ditahan yang masih belum diterima. Dengan adanya jurnal ini, kita bisa menghitung piutang usaha kita dengan pasti, sehingga laba ditahan pun bisa dihitung secara total sekalipun belum semuanya diterima.
Selain untuk kasus tersebut, terkadang jurnal penyesuaian laba ditahan juga perlu disusun untuk mengetahui besarnya laba ditahan secara total ketika terjadi perubahan kurs atau mata uang.
Cara Menyesuaikan Jurnal Laba Ditahan
Cara menyesuaikan jurnal laba ditahan sebenarnya tak jauh berbeda dengan penyusunan jurnal penyesuaian pada umumnya. Kita cukup menghitung besarnya laba ditahan yang semestinya diterima, kemudian mencatatkan ayat jurnal penyesuaian sebagai piutang sesuai dengan nilai laba ditahan yang belum diterima.
Dengan cara demikian, kita pun dapat mengetahui besarnya laba ditahan yang sudah masuk ke dalam kas dan dapat segera digunakan sebagai modal untuk periode keuangan berikutnya, dan berapa besar nilai yang masih terutang.
Pastikan untuk dengan tetap mencatatkan jumlah debit serta kredit dalam cara menyesuaikan jurnal laba ditahan ini agar laporan keuangan yang nantinya perlu dihasilkan dari akun tersebut bisa secara tepat menunjukkan nilai laba ditahan.
Baca Juga: Rumus Laba dan Cara Menghitung Laba yang Benar dalam Bisnis
Pentingnya Mencatat Keuangan Bisnis dengan Tepat
Sama seperti kebanyakan penyusunan jurnal lainnya, pencatatan jurnal laba ditahan akan sulit dilakukan apabila kita sebagai pelaku usaha tidak pernah membiasakan diri untuk mencatat setiap transaksi yang terjadi secara tepat dan akurat; terlebih untuk laba ditahan yang tidak sepenuhnya diterima dalam satu waktu akibat adanya pembayaran yang menjadi piutang.
Meski mungkin terdengar merepotkan, memastikan setiap transaksi keuangan yang terjadi benar-benar tercatat secara rapi tanpa ada yang terlewatkan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menjamin keakuratan laporan keuangan.
Tenang saja, dengan aplikasi majoo, pencatatan keuangan bisnis kini bukan lagi menjadi sesuatu yang memusingkan, kok. Wajar saja, kan, karena aplikasi majoo telah dilengkapi dengan fitur keuangan yang mampu mencatat setiap transaksi, baik yang keluar maupun masuk ke dalam kas, secara tepat, akurat, dan otomatis.
Dengan aplikasi majoo, pelaku usaha tak perlu bingung dalam menghitung besarnya nilai laba ditahan karena semuanya bisa langsung disajikan dalam dasbor aplikasi majoo yang mudah untuk dipahami. Tak hanya itu saja, berbagai fitur unggulan lainnya dalam aplikasi majoo juga memungkinkan pelaku usaha untuk mengelola operasional bisnisnya secara mudah.
Jadi, tak perlu menunggu terlalu lama, kan? Langsung saja manfaatkan aplikasi majoo dan buatlah beragam laporan keuangan seperti jurnal laba ditahan dengan cepat dan mudah! Yuk!
Sumber Data:
https://accounting.binus.ac.id/2020/07/08/akuntansi-laba-ditahan-retained-earnings/