Partnership adalah: Pengertian, Strategic dan Jenis-Jenis Partnership

Ditulis oleh Ajar Pamungkas

article thumbnail

Partnership adalah salah satu cara untuk mengembangkan bisnis yang dimiliki

Menerapkan sistem partnership adalah sebuah langkah bisnis yang sangat umum dilakukan; terlebih jika memang skala usaha yang dijalankan sudah cukup besar dan menjanjikan pendapatan bisnis yang tinggi. Namun, bukan berarti mereka yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah tidak bisa menerapkan sistem yang menarik ini juga, lho!

Pada kenyataannya, tak sedikit pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang mencoba sistem partnership untuk membantu pembangunan bisnisnya dan meraup keuntungan yang lebih besar dari yang diterima sebelumnya. Bagaimana tidak, sistem ini memang memiliki potensi yang tak bisa dibilang kecil, terlebih jika dieksekusi dengan baik.

Tertarik untuk turut mencoba? Yuk, kita simak bersama-sama terlebih dahulu agar dapat menjalankan sistem partnership secara tepat!

Apa itu partnership?

Diambil dari bahasa Inggris, partnership artinya adalah kemitraan. Dalam dunia bisnis, kemitraan ini umumnya dibangun dengan menggabungkan dua layanan bisnis yang mungkin berbeda, tapi saling berkaitan, dan menawarkannya kepada pelanggan sebagai layanan baru yang dapat meningkatkan nilai jual dari tiap-tiap layanan bisnis yang awalnya diterapkan.

Dari pengertian di atas, mungkin ada beberapa pelaku usaha yang kemudian bertanya, โ€œLalu, apa bedanya dengan merger?โ€

Baca Juga: Merger: Menilik Pengertian, Manfaat, dan Contohnya

Sederhana saja, jika merger dilakukan dengan menggabungkan kedua bisnis itu sendiri dan dilebur menjadi sebuah bisnis baru, dalam partnership biasanya yang digabungkan hanya layanan atau produknya saja, bukan bisnisnya secara keseluruhan. Dengan demikian, biasanya tidak terjadi peleburan apa pun dalam setiap kemitraan.

Seorang pelaku usaha bisa saja menjalin hubungan kemitraan dengan pelaku usaha lainnya, dan masing-masing tetap menjual produk atau jasa yang ditawarkan secara terpisah di luar dari layanan kemitraan yang dibangun.

Sebagai contoh, seorang pelaku usaha yang bergerak di bidang makanan ringan atau camilan manis, mungkin bermitra dengan pelaku usaha lain yang bergerak di bidang minuman ringan dalam hubungan kemitraan yang meluncurkan paket produk baru, yakni paket makanan dan minuman yang ditawarkan oleh kedua bisnis tersebut dalam satu produk.

Pun demikian, meski sedang bermitra dengan pelaku usaha yang menjual minuman ringan, pelaku usaha yang menjual makanan ringan tersebut tetap dapat menjual produknya secara terpisah sambil tetap menjajakan paket produk makanan dan minuman ringan. Dengan model kemitraan semacam ini, pelanggan dari kedua pelaku usaha tersebut bisa menikmati produk dengan nilai jual tambahan.

Baca juga: Pentingnya Menjalin Kerja Sama Vendor sebagai Bentuk CRM

Lalu, bagaimana dengan strategic partnership?

Berbeda dengan arti partnership yang sudah dijelaskan di atas, dalam hubungan kemitraan juga dikenal istilah strategic partnership yang secara arti dan juga pelaksanaan memiliki kompleksitas yang lebih tinggi.

Hubungan kemitraan yang dapat digolongkan sebagai strategic partnership umumnya dilakukan oleh pelaku-pelaku usaha yang memiliki lebih dari satu lini bisnis, dan memunculkan beberapa layanan baru dari hubungan kemitraan dalam beberapa produk atau jasanya. Karenanya, hubungan kemitraan yang satu ini secara otomatis lebih kompleks dibanding hubungan kemitraan pada umumnya.

Agar hubungan kerja sama yang dijalin dapat diimplementasikan secara tepat, pelaku usaha harus mempertimbangkan keterkaitan antara produk atau jasa yang ditawarkan dalam kemitraan strategis ini. Bagaimanapun juga, hubungan ini disebut sebagai hubungan yang strategis karena tiap-tiap komponen di dalamnya saling menguntungkan, dan hal ini dapat dicapai jika komponen-komponen tersebut saling terkait, bukan?

Mengingat bentuk kemitraan yang strategis ini umumnya menghasilkan lebih dari satu layanan baru, setiap layanan tersebut umumnya akan diatur dengan kontrak atau perjanjian kerja sama yang terpisah. Hal ini yang perlu dipertimbangkan oleh pelaku usaha, karena dengan model kerja sama yang rumit tersebut, setiap kontrak yang ada harus diperhatikan dengan saksama.

Baca juga: Jenis-Jenis Kolaborasi yang Bisa Diterapkan dalam Bisnis

Apa jenis-jenis partnership lainnya yang bisa diterapkan?

Tergantung dari kebutuhan bisnis yang muncul, ada beberapa jenis hubungan kemitraan yang bisa coba diterapkan oleh setiap pelaku usaha. Perhatikan dengan baik setiap jenis kemitraan yang ada, kemudian sesuaikan kebutuhan bisnis yang ada dengan jenis kemitraan yang tepat agar hasil yang didapatkan pun bisa lebih maksimal.

1. General Partnership

Sesuai dengan nama yang dimilikinya, cara kerja partnership berjenis ini dilakukan secara umum, yaitu kedua pelaku usaha dengan bisnis yang sudah terdaftar melakukan perjanjian kerja sama dengan pembagian keuntungan serta tanggung jawab yang umum.

Dalam jenis kemitraan ini, setiap pelaku usaha yang terlibat di dalamnya harus menjalankan kewajiban kontraknya masing-masing. Setelahnya, setiap pelaku usaha dalam kontrak tersebut akan menerima pembagian keuntungan sesuai dengan yang telah disepakati.

2. Limited Partnership (LP)

Cara kerja partnership yang satu ini memiliki formalitas yang lebih ketat karena umumnya kemitraan terbatas ini membutuhkan otorisasi dari negara agar dapat dijalankan secara baik.

Dalam hubungan kemitraan terbatas ini, setiap pelaku usaha perlu menetapkan mitra lain yang secara khusus bertanggung jawab dalam pengelolaan bisnis kemitraan ini atau mendukung pendanaannya. Dengan kata lain, pelaku usaha yang terlibat dalam jenis kemitraan ini hanya bertanggung jawab sebagai investor yang tidak secara langsung terlibat dalam operasional bisnis yang dijalankan.

3. Limited Liability Partnership (LLP)

Sebenarnya, limited liability partnership adalah jenis kemitraan yang hampir serupa dengan general partnership, yaitu setiap pelaku usaha yang terlibat di dalamnya memiliki tanggung jawab yang sama untuk secara aktif mengelola hubungan kemitraan yang dijalin.

Namun, ada perbedaan yang mendasar dalam limited liability partnership jika dibandingkan dengan general partnership terkait dengan tanggung jawab kontraknya. Untuk limited liability partnership, setiap pelaku usaha yang terlibat bisa jadi memiliki kewajiban yang berbeda tergantung peran yang dimilikinya dalam perjanjian kerja sama yang disepakati.

 Menjalin hubungan partnership artinya menambah kompleksitas pada operasional bisnis

4. Limited Liability Limited Partnership (LLLP)

Untuk contoh jenis-jenis partnership yang terakhir ini umumnya hanya dilakukan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat saja, yaitu Arizona, Alabama, Utah, Ohio, New Mexico, Florida, dan juga Georgia.

Situasi tersebut dapat terjadi karena negara bagian di Amerika Serikat memiliki hukumnya masing-masing, dan karena hubungan kemitraan ini perlu mendapatkan otoritas dari negara, hukum atau regulasi yang ada akan memengaruhi cara hubungan kemitraan ini dapat dilakukan.

Untuk cara kerjanya sendiri, jenis limited liability limited partnership memiliki sistem yang tak jauh berbeda dengan general partnership. Namun, ada perbedaan yang menarik dalam jenis yang satu ini, karena liabilitas yang dimiliki oleh setiap pelaku usaha yang menjalin kerja sama akan memiliki batasan masing-masing dan dilindungi tidak hanya sesuai dengan ketentuan pada kontrak, tetapi juga oleh peraturan yang berlaku di kawasan kerja sama tersebut.

Baca juga: Apa Itu Joint Venture dan Mengapa Membentuknya?

Bagaimana cara memilih jenis partnership yang tepat?

Sebenarnya tidak ada aturan yang baku dalam memilih seperti apa hubungan partnership yang ingin dijalankan bersama pelaku usaha lainnya; terlebih untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.

Meski menawarkan peningkatan pendapatan bagi bisnis yang tengah dijalankan, hubungan kemitraan juga membawa kompleksitas tersendiri. Oleh karena itu, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebaiknya mempertimbangkan dengan baik kondisi bisnis yang saat ini sedang dijalankannya sebelum memutuskan untuk melakukan kerja sama.

Ukur terlebih dahulu kapasitas bisnis yang dimiliki untuk menentukan kebutuhan kerja sama yang ingin dijalin. Jika memang bisnis yang dijalankan sudah cukup besar dan memiliki legalitas yang dibutuhkan, tak ada salahnya untuk memiliki salah satu dari jenis-jenis partnership yang sudah dijelaskan di atas.

Namun, apabila bisnis yang ingin dijalankan masih memiliki ruang pengembangan yang cukup besar, tak ada salahnya untuk menjalin kerja sama secara informal terlebih dahulu dengan kontrak yang tidak terlalu mengikat. Model kerja sama ini sebenarnya sudah cukup umum diterapkan dalam dunia bisnis, khususnya oleh mereka yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

Bagi pelaku usaha yang ingin menjalin hubungan kerja sama secara informal dengan pelaku usaha lainnya, pastikan untuk mencermati dengan baik setiap klausa yang ditetapkan dalam perjanjian kerja sama; misalnya saja dengan memperhatikan sejauh mana kewajiban kontrak yang perlu dijalankan, bagaimana pembagian tanggung jawab yang akan diatur, dan juga seberapa besar pembagian keuntungan yang nantinya akan diperoleh.

Dengan menjalin hubungan partnership, artinya setiap pelaku usaha perlu memikirkan strategi yang berbeda, baik untuk konsep kerja sama itu sendiri maupun kegiatan pemasaran yang akan dilakukan. Jangan sampai layanan baru yang akan diluncurkan dengan menjalin kemitraan bersama pelaku usaha lain justru mencederai operasional bisnis yang sebelumnya sudah atau tengah dijalankan.

Ingat juga bahwa setiap produk atau jasa memiliki persepsi yang berbeda bagi setiap pelanggan, sehingga pendekatan yang perlu dipilih dalam kegiatan pemasaran yang akan dilakukan pun perlu disesuaikan agar dapat secara maksimal menarik minat pasar yang ditargetkan.

Sebagai contohnya, jika sebelumnya pelaku usaha yang bergerak di bidang makanan ringan mungkin tidak terlalu fokus dalam beriklan, ketika menjalin kerja sama dengan influencer yang sudah memiliki basis massa, menerbitkan iklan yang sesuai dengan audiens influencer yang diajak bermitra justru bisa memperluas pasar produk makanan ringannya.

Baca Juga: Influencer: Jenis, Tugas, dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis

Dengan kata lain, dalam menjalin kerja sama dengan pihak lain, seorang pelaku usaha harus terlebih dahulu karakter dari produk atau jasa yang dimilikinya, kemudian menyesuaikannya dengan karakter dari produk atau jasa yang dimiliki oleh mitranya, sehingga kegiatan pemasaran serta penjualan yang dilakukan bisa secara optimal meningkatkan pendapatan bisnis.

Alih-alih jenis kerja samanya sendiri, pelaku usaha perlu memperhatikan siapa yang diajaknya untuk bekerja sama. Apakah layanan yang ditawarkan oleh mitra tersebut sesuai dengan bisnis yang dijalankan? Seberapa besar nilai tambah yang bisa ditawarkan oleh mitra dari hubungan kerja sama tersebut?

Apa pun jenis kemitraan yang dijalin, pastikan memanfaatkan aplikasi majoo agar operasional bisnis yang dijalankan dapat dikelola secara optimal. Bagaimana tidak, aplikasi majoo dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan yang mampu membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya lebih maju secara mudah.

Ingat selalu bahwa kunci kesuksesan partnership adalah operasional bisnis yang lancar dari tiap-tiap pelaku usaha yang terlibat, sehingga penting untuk terlebih dahulu memastikan kelancaran bisnis yang dijalankan sebelum memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan pelaku usaha lainnya yang dapat membuat operasional bisnis dapat lebih kompleks lagi. Oleh karena itu, manfaatkan segera fitur-fitur andalan yang ditawarkan oleh aplikasi majoo!

Baca juga: Apa Itu MEA? Apa Tujuan dan Manfaat MEA bagi Indonesia?

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo