Teknik soft selling adalah strategi dasar yang sering digunakan dalam dunia pemasaran. Ada dua teknik promosi yang mendasar dan paling sering digunakan adalah teknik promosi soft selling dan hard selling.
Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Lantaran itulah, sebagai pebisnis, kamu harus paham benar cara memilih strategi yang tepat untuk berpromosi.
Umumnya, teknik soft selling adalah strategi digunakan sebagai pelengkap dari promosi hard selling. Namun, tak sedikit pula yang melakukan sebaliknya, yakni menjadikan promosi hard selling sebagai pelengkap promosi soft selling.
Saat ini, soft selling adalah teknik penjualan yang paling banyak digunakan, Ada berbagai macam contoh penggunaan soft selling yang sering dipakai untuk menarik pelanggan.
Lantas, apa sebenarnya soft selling? Bagaimana cara melakukan soft selling dan seperti apa contohnya? Apa perbedaan soft selling dan hard selling?
Baca Juga: Penerapan Teknik Upselling dalam Strategi Penjualan
Soft Selling adalah …
Soft selling adalah teknik menawarkan atau memperkenalkan informasi produk dengan cara tidak langsung. Artinya, saat kamu ingin menawarkan produk dengan cara soft selling, kamu harus membangun cerita atau narasi terlebih dahulu, kemudian barulah menawarkan produk secara halus.
Menurut Investopedia, soft selling adalah pendekatan periklanan dan penjualan yang menonjolkan bahasa halus dan teknik non agresif. Soft selling dirancang untuk membujuk pelanggan alih-alih mendesak seperti teknik hard selling.
Soft selling merupakan teknik penjualan bertekanan rendah, persuasif, dan halus. Teknik ini bisa saja tidak langsung menghasilkan penjualan saat pertama kali produk disajikan, tetapi akan membantu mendorong penjualan berulang.
Soft selling bergantung pada pengulangan ide, pesan, atau komunikasi dari kesimpulan yang diinginkan. Taktik seperti ini cenderung lebih persuasif sehingga kecil kemungkinannya untuk mematikan calon pembeli.
Dengan kata lain, kamu harus memosisikan produk tersebut sebagai solusi atas narasi yang telah kamu bangun sebelumnya, sehingga konsumen tidak akan merasa mereka sedang dipaksa untuk membeli produk yang kamu tawarkan. Inilah prinsip utama teknik promosi soft selling.
Inilah yang menjadi perbedaan soft selling dan hard selling. Soft selling fokus pada persuasi agar pelanggan melakukan pembelian, sementara hard selling akan menekan pelanggan untuk membeli produk secepatnya.
Menurut berbagai penelitian, kebanyakan konsumen justru lebih menyukai promosi soft selling. Alasannya, dengan teknik soft selling, konsumen tidak merasa seperti sedang dipaksa untuk membeli suatu produk.
Konsumen malah akan dibuat penasaran dengan produk yang ditawarkan, sehingga mereka akan melakukan riset sendiri. Ketika mereka suka dengan apa yang mereka temukan saat riset tersebut, maka mereka pun akan tergerak untuk membeli produk tersebut.
Baca Juga: Apa itu Direct Marketing? Ini Penjelasan Lengkapnya!
Contoh Soft Selling
Berikut beberapa contoh soft selling yang digunakan atau diterapkan oleh para pelaku bisnis pada tahap yang berbeda.
Tahap Peluncuran Produk Baru
Contoh pertama, ada seorang pebisnis pemula yang ingin memperkenalkan produknya. Jika ia menggunakan teknik soft selling, ia akan membagi-bagikan sampel gratis agar konsumen kenal dahulu dengan produk yang ditawarkan.
Tahap Peningkatan Angka Penjualan
Contoh soft selling kedua, seorang pemilik usaha kuliner ingin meningkatkan angka penjualan bisnisnya dengan cara menarik perhatian konsumen menggunakan media sosial.
Jika ia menggunakan teknik soft selling, ia bisa memilih untuk menampilkan foto-foto makanan yang menggugah selera disertai dengan caption yang persuasif. Ia juga bisa me-repost unggahan-unggahan dari para konsumennya untuk memancing minat konsumen baru.
Tahap Peningkatan Customer Engagement
Contoh terakhir, pemilik bisnis online shop ingin mempromosikan produk yang baru saja dirilis. Jika ia ingin menggunakan teknik soft selling, ia bisa mengadakan program giveaway di platform milik content creator.
Dengan demikian, sang pemilik online shop bisa membangun engagement dengan para pengikut content creator tersebut.
Baca Juga: Arti Promo Giveaway dan Manfaatnya dalam Kegiatan Pemasaran
Cara Melakukan Strategi Soft Selling
Setidaknya, ada tujuh cara untuk melakukan soft selling dengan baik demi keuntungan bisnis, yaitu:
1. Lakukan Riset
Hal pertama yang harus kamu lakukan sebelum memulai soft selling adalah dengan melakukan riset pasar. Pelajari sebanyak mungkin tentang tantangan dan sudut pandang pelanggan saat ini.
Hal ini akan membantumu menentukan apakah produk atau layanan yang akan kamu tawarkan cocok bagi pelanggan. Riset ini juga akan membantumu membuat rekomendasi terbaik.
2. Buat Iklan dengan Sentuhan Personal
Saat menerapkan soft selling, kesan personal akan sangat membantu. Ini akan memberikan kesan empati dalam iklanmu.
Contohnya, saat menggunakan pendekatan soft selling, cobalah untuk membuat promosimu terasa santai. Misalnya, dengan mengajak pelanggan merasa terlibat dalam sebuah percakapan.
3. Fokus Membangun Hubungan dengan Pelanggan
Ingatlah bahwa tujuan dari soft selling adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan untuk tetap loyal dengan produkmu.
Dengan alasan tersebut kamu harus membuat promosi yang dapat membuat pelanggan betah dengan produkmu. Membina hubungan positif dengan pelanggan sangat penting untuk penjualan dan membangun loyalitas.
4. Aktif Mendengarkan Pelanggan
Bagi seorang sales, kemampuan mendengar aktif merupakan sebuah skill yang sangat penting untuk dimiliki. Ketika pelanggan merasa didengar, itu akan membangun kredibilitas yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
Berlatihlah mendengarkan secara aktif dengan memiliki bahasa tubuh yang terbuka sembari mendengarkan pelanggan kamu. Ini juga akan memudahkan kamu untuk melakukan soft selling dan memberikan penawaran yang dibutuhkan pelanggan kamu.
5. Ajukan Pertanyaan kepada Pelanggan
Dengan mengajukan pertanyaan yang relevan dan terbuka kepada pelanggan, artinya kamu menunjukkan minat yang tulus dalam membantu mereka memecahkan masalah mereka. Selain itu, mengajukan pertanyaan lanjutan membantu kamu mengenal dan membangun lebih banyak hubungan dengan pelangganmu.
Misalnya, ketika kamu melakukan penawaran melalui panggilan telepon, pelangganmu menjelaskan tantangan yang mereka hadapi terkait dengan penawaran kamu.
Kamu juga bisa mengajukan pertanyaan ini dalam bentuk survei. Mengajukan pertanyaan seperti ini akan membantumu mendapatkan kepercayaan pelanggan dan mendapatkan konteks penuh dari situasinya.
6. Berikan Nilai Produk Tanpa Meminta Pelanggan untuk Membeli
Mungkin inilah bagian yang agak sulit dalam penerapan strategi soft selling. Menambahkan nilai pada produk berarti memberikan pengalaman yang baik kepada pelanggan. Namun, kamu tidak harus langsung menghasilkan penjualan.
Nilai ini bisa menunjukkan kelebihan produkmu dibandingkan kompetitor yang akan memberi kesan bahwa produkmu adalah yang teratas di bidangnya.
7. Beri Waktu untuk Memutuskan
Selagi konsumen menimbang penawaranmu sebagai pilihan yang tepat, beri mereka ruang untuk membuat keputusan.
Dengan pendekatan soft selling, pelanggan hanya akan menerima informasi relevan darimu. Informasi ini akan membantu keputusan mereka tanpa membuat mereka merasa tertekan untuk membeli.
Perbedaan Soft Selling dan Hard Selling
Sesuai dengan namanya, terdapat beberapa perbedaan soft selling dan hard selling yang mendasar, antara lain:
Tipe Penjualan
Soft selling adalah strategi yang mengandalkan persuasi dan penggunaan kata-kata yang halus, sehingga konsumen yang ditargetkan menjadi lebih penasaran.
Sedangkan, hard selling lebih mengandalkan penjualan yang to-the-point dan cenderung agresif.
Jangka Waktu Penjualan
Soft selling lebih terfokus pada penjualan dengan jangka panjang.
Sedangkan, hard selling cenderung menargetkan jangka waktu penjualan untuk jangka pendek. Alasannya, dengan menggunakan teknik hard selling, maka kamu menginginkan orang tersebut untuk segera membeli produk yang ditawarkan di tempat.
Ketertarikan Konsumen
Perbedaan soft selling dan hard selling yang berikutnya ada pada ketertarikan konsumen.
Soft selling adalah strategi yang biasanya digunakan oleh perusahaan yang ingin membangun keterikatan dan juga image baik di mata konsumennya. Semakin tinggi brand engagement-nya, kemungkinan besar akan semakin tinggi juga penjualannya.
Meskipun begitu, bukan berarti hard selling tidak mampu menarik konsumen. Hanya saja ketertarikan tersebut biasanya bertahan untuk jangka waktu yang tidak terlalu panjang.
Industri yang Menggunakannya
Secara umum, terdapat beberapa industri yang identik dengan satu dari dua teknik penjualan ini.
Teknik penjualan soft selling adalah yang biasa digunakan dalam bidang content marketing, konsultan, manufaktur, dan masih banyak lagi.
Sedangkan, industri yang biasa menggunakan teknik hard selling antara lain adalah telemarketing, asuransi, perbankan, dan lainnya.
Penutup
Pada dasarnya, terdapat banyak contoh soft selling yang bisa kamu gunakan untuk menggaet pelanggan. Misalnya, dengan menggunakan konten iklan seperti cerita seperti yang banyak digunakan berbagai brand saat ini.
Setelah memahami bahwa soft selling adalah strategi terbaik untuk mempertahankan pelanggan yang telah kamu miliki saat ini. Sebagai pemilik bisnis, ada beberapa skill yang perlu kamu kembangkan, misalnya kemampuan persuasif dan kemampuan negosiasi.
Teknik pemasaran yang digunakan dengan baik dan penuh perhitungan akan membawa kesuksesan pada bisnismu. Jangan lupa untuk mencatat semua keuntungan yang masuk menggunakan bantuan aplikasi point of sales majoo. Fitur lengkapnya akan membawa keuntungan lebih pada bisnis yang kamu jalankan. Tunggu apa lagi? Coba pakai majoo sekarang, yuk!