Karena sering dikaitkan dengan ekonomi, banyak yang beranggapan bahwa ilmu akuntansi adalah modal utama yang harus dikuasai oleh seseorang sebelum memulai suatu bisnis. Namun, apakah pada kenyataannya memang benar demikian?
Agar dapat menemukan jawaban terbaik untuk pertanyaan tersebut, tentu kita perlu memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan akuntansi itu sendiri, mulai dari pengertian yang dimilikinya, jenis-jenisnya, manfaatnya, serta prosesnya.
Yuk, kita simak penjabarannya berikut!
Apa Pengertian Akuntansi Sebenarnya?
Sebelum menentukan benar atau tidaknya pandangan bahwa penguasaan terhadap ilmu akuntansi merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seorang pelaku usaha, tentu kita perlu mengenal terlebih dahulu apa itu akuntansi. Apa sebenarnya pengertian akuntansi itu sendiri?
Akuntansi merupakan setiap proses yang berhubungan dengan keuangan dari awal hingga akhir; mulai dari pencatatan, pengelompokan, pengolahan, serta penyajian data terkait suatu transaksi. Umumnya proses ini memiliki periode mulai dan periode berakhir atau yang kerap juga disebut dengan istilah ‘tutup buku’.
Agar tidak membingungkan, kebanyakan pelaku usaha memilih rentang satu tahun kalender sebagai periode untuk menjalankan kegiatan akuntansi dari bisnis yang dikelolanya. Karena menggunakan satu tahun kalender, proses ini jamak dimulai pada tanggal 1 Januari dan berlangsung hingga tanggal 31 Desember setiap tahunnya.
Berbeda dengan anggapan banyak orang, akuntansi mencakup setiap proses yang berhubungan dengan keuangan, sehingga tidak terbatas pada catat-mencatat atau hitung-menghitung saja, tetapi juga setiap aktivitas yang dilakukan untuk mengukur hasil dari seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan. Hasil dari pengukuran ini kemudian dapat disajikan sebagai data terpisah yang dapat dianalisis oleh berbagai pemangku kepentingan yang terlibat.
Jadi, sesungguhnya bukan hanya akuntan saja yang berkutat dengan akuntansi, tetapi juga mereka yang berada di bagian manajemen, investor, kreditor, bahkan para pembuat kebijakan maupun regulator.
Baca juga: Pentingnya Memahami Manfaat Laporan Keuangan
Apa Saja yang Menjadi Prinsip Akuntansi?
Dari pengertian akuntansi di atas, mungkin ada yang sudah menyadari bahwa cakupan kegiatan akuntansi bisa dibilang cukup luas, sehingga jika tidak dilakukan dengan hati-hati, akan memunculkan kebingungan di beragam aspek dan bagi berbagai pihak. Karenanya, dalam setiap kegiatan akuntansi, khususnya yang menyangkut pembukuan, ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi.
Apa saja, sih, prinsip-prinsip yang dimaksud tersebut?
-
Prinsip Konsistensi
Kegiatan akuntansi merupakan proses yang panjang, berkelanjutan, dan saling memengaruhi. Oleh karena itu, salah satu prinsip utama dalam akuntansi adalah konsistensi.
Artinya, setiap kegiatan akuntansi yang dilakukan harus sama dan tidak berubah dari waktu ke waktu. Tentu saja tidak adanya perubahan yang dimaksud di sini bukan tentang kegiatan atau besarnya nilai kegiatan itu sendiri karena setiap transaksi yang terjadi tentu tidak akan pernah sama tergantung dari faktor-faktor yang memengaruhinya.
Sebagai contoh, harga sewa sebuah tempat usaha mungkin setiap tahunnya akan terus meningkat karena semakin sedikitnya lahan yang bisa digunakan, kan? Namun, ketika dicatat atau dikelompokkan, nilai tersebut harus selalu konsisten.
Seorang pelaku usaha, misalnya saja, menyewa sebuah tempat usaha dengan harga sewa Rp5.000.000 di bulan Januari. Ketika transaksi tersebut diolah di bulan Desember, nilai yang tercatat harus konsisten di angka Rp5.000.000 dan tidak bisa seenaknya diubah. Konsistensi semacam inilah yang perlu dijaga dalam menjalankan kegiatan akuntansi.
-
Prinsip Materialitas
Prinsip berikutnya dalam akuntansi adalah prinsip materialitas yang mungkin agak sedikit sulit untuk dipahami. Pasalnya, prinsip ini menyatakan bahwa setiap transaksi yang dicatat harus dapat diukur secara material; atau dengan kata lain transaksi tersebut memiliki nilai untuk dicatatkan.
Prinsip ini dibutuhkan untuk memastikan setiap pemangku kepentingan yang berurusan dengan sebuah laporan keuangan dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat.
Mengapa bisa demikian? Karena dengan prinsip materialitas, setiap transaksi yang tercatat dalam laporan keuangan dapat dilihat nilainya, sehingga pemangku kepentingan seperti manajer, pelaku usaha, atau investor dapat memutuskan tindakan yang perlu diambil berdasarkan tingkat urgensi dari setiap transaksi yang tercatat.
Melalui prinsip ini pula pencatatan keuangan dapat dikoreksi atau ditulis ulang dengan menampilkan transaksi-transaksi yang secara relatif dianggap penting, sementara transaksi-transaksi yang dianggap tidak relevan dapat dikelompokkan dalam pos sehingga tidak terlalu menonjol dan menjadi distraksi mereka yang akan mengolah atau menggunakan laporan keuangan tersebut.
-
Prinsip Kesinambungan Usaha
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses akuntansi akan berlangsung dalam waktu yang tergolong panjang serta berkelanjutan dari waktu ke waktu. Situasi ini sebenarnya dapat dijelaskan oleh prinsip kesinambungan usaha.
Dalam prinsip yang satu ini, pelaksanaan kegiatan akuntansi harus didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu bisnis atau usaha akan berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan; kecuali usaha tersebut mengalami kebangkrutan dan harus berhenti beroperasi.
Karena didasarkan pada asumsi tersebut, setiap kegiatan akuntansi yang ada harus dilakukan secara benar dan untuk tujuan dengan jangka yang panjang pula. Setiap transaksi yang terjadi harus dicatat, dikelompokkan, atau diolah agar dapat digunakan pada periode-periode yang akan datang.
Kegiatan akuntansi tidak dapat dilakukan dengan asumsi bahwa kegiatan ini hanya akan berlangsung selama periode berjalan saja. Oleh karena itu, prinsip ini dapat menjamin bahwa kegiatan akuntansi yang dilakukan pada suatu periode dapat dianalisis dan hasil dari analisis tersebut dapat digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi maupun merancang strategi bisnis pada periode berikutnya, dan begitu seterusnya.
Tanpa adanya prinsip ini, kegiatan akuntansi hanya akan berhenti pada proses pencatatan transaksi saja karena setelah periode akuntansi tersebut berjalan, laporan keuangan yang dibuat sudah tidak dapat digunakan kembali.
-
Prinsip Satuan Moneter
Prinsip satuan moneter memiliki pengertian yang hampir sama dengan prinsip materialitas, yaitu memastikan setiap transaksi yang terjadi hanya dapat dinyatakan dengan cara yang dapat diukur sesuai dengan ketentuan yang digunakan di wilayah dijalankannya proses akuntansi tersebut.
Bedanya, bila prinsip materialitas diterapkan untuk membantu pemegang kepentingan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan sajian data pada laporan keuangan yang digunakan, prinsip satuan moneter memiliki fungsi yang lebih mendasar, yaitu memastikan nilai suatu transaksi tidak menjadi ambigu dengan melibatkan aspek-aspek penghitungan yang tak dapat diukur dengan uang seperti kualitas, prestasi, atau bahkan kinerja.
Dengan adanya prinsip ini, pemegang kepentingan yang akan menggunakan laporan keuangan dapat secara objektif menentukan nilai transaksi yang terjadi. Bagaimanapun juga, hasil dari kegiatan akuntansi nantinya akan digunakan untuk mengambil keputusan bisnis yang sangat penting, sehingga potensi terjadinya bias dalam pengambilan keputusan akan lebih besar apabila sajian data tidak objektif, bukan?
Baca Juga: Penjelasan 4 Standar Akuntansi Keuangan Umum di Indonesia
-
Prinsip Transparansi
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap kegiatan akuntansi adalah sebuah dokumen yang dapat dijadikan pertanggungjawaban oleh pelaku usaha untuk setiap pihak terkait. Karenanya, penyusunan laporan keuangan ini tak bisa dilakukan secara asal agar seluruh data yang disajikan di dalamnya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam setiap kegiatan transparansi perlu diterapkan prinsip transparansi untuk menjamin bahwa setiap transaksi yang tercatat dan diolah di dalamnya merupakan transaksi-transaksi yang benar terjadi serta dapat dibuktikan.
Terkadang, untuk menjaga terlaksananya prinsip yang satu ini, pelaku usaha perlu menyimpan seluruh bukti transaksi, misalnya saja nota atau faktur, yang pernah dilakukan hingga lima tahun, atau tergantung pada ketentuan yang telah dibuat. Dengan demikian, setiap pihak yang akan menggunakan laporan keuangan tersebut dapat dengan mudah melacak setiap transaksi yang ada; bahkan hingga melakukan validasi terhadap keabsahannya.
Tanpa adanya prinsip transaksi dalam menjalankan kegiatan akuntansi, laporan keuangan yang dihasilkan pun akan meragukan dan tidak akurat, sehingga setiap keputusan bisnis yang diambil berdasarkan laporan keuangan tersebut besar kemungkinan akan menemukan banyak masalah ketika diimplementasikan di lapangan.
Selain kelima prinsip yang telah disebutkan di atas, sebenarnya dalam sebuah proses akuntansi masih ada beberapa prinsip lagi yang perlu diterapkan agar laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses tersebut dapat secara tepat digunakan sesuai dengan keperluan.
Prinsip-prinsip lain yang dimaksud tersebut mencakup prinsip periode akuntansi, prinsip pengungkapan secara lengkap, prinsip pencocokan, prinsip entitas ekonomi, prinsip pengakuan pendapatan, dan juga prinsip biaya historis. Setiap prinsip tersebut pasti akan ditemukan dan diterapkan pada setiap kegiatan akuntansi yang dilakukan secara benar.
Ketika kegiatan akuntansi dijalankan dengan meninggalkan salah satu atau beberapa dari prinsip yang telah disebutkan di atas, laporan keuangan yang dihasilkan pun akan kehilangan kredibilitasnya, dan sangat tidak disarankan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan bisnis pada periode berikutnya.
Baca juga: 10 Prinsip Dasar Akuntansi dalam Penyusunan Laporan Keuangan
Apa Saja Jenis Akuntansi yang Umum Digunakan?
Secara umum, jenis akuntansi dapat dibagi menjadi dua. Pembagian ini dilakukan berdasarkan dengan manfaat serta tujuan dilakukannya kegiatan akuntansi tersebut.
Jadi, apa saja, sih, kedua jenis kegiatan akuntansi yang dimaksud di sini?
Akuntansi Keuangan
Jika dilihat dari tujuannya, akuntansi keuangan dilakukan untuk memperoleh informasi yang jelas dan lengkap terkait kondisi keuangan pada pos-pos yang penting dalam operasional bisnis.
Dalam akuntansi keuangan, informasi ini dapat diakses oleh setiap pihak, baik mereka yang juga memegang kepentingan dalam operasional bisnis maupun pihak-pihak umum di luar operasional bisnis. Dengan demikian, hasil dari akuntansi keuangan juga dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan kepercayaan publik terhadap bisnis yang sedang dijalankan.
Akuntansi Manajerial
Secara tujuan, mungkin akuntansi manajerial tidak jauh berbeda dengan akuntansi keuangan. Anggapan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manajerial dilakukan untuk memastikan pemegang kepentingan dapat mengambil keputusan terkait keuangan.
Namun, ada perbedaan yang mencolok antara kedua jenis akuntansi ini. Apabila hasil dari kegiatan akuntansi keuangan dapat dibuka secara umum, bahkan kepada pemegang kepentingan yang tidak secara langsung berurusan dengan operasional bisnis, hasil dari akuntansi manajerial digunakan secara internal untuk mengambil keputusan yang sifatnya manajerial atau pengelolaan bisnis. Sifatnya yang unik ini membuat setiap kegiatan akuntansi yang dilakukan pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah jatuh pada kategori akuntansi manajerial.
Apa Itu Proses Akuntansi?
Sering disebut pada penjabaran di atas, mungkin ada beberapa yang mulai bertanya-tanya, “Sebenarnya apa, sih, yang dimaksud dengan proses akuntansi?” Jawaban untuk pertanyaan tersebut sebenarnya dapat diketahui dari pengertian akuntansi yang sudah dijelaskan di awal.
Akuntansi sendiri merupakan sebuah proses yang perlu dilakukan dalam menjalankan atau menyelesaikan suatu kegiatan akuntansi. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan proses di sini adalah setiap tahapan atau aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh hasil dari kegiatan akuntansi.
Tahapan proses ini dimulai dengan kegiatan pencatatan setiap transaksi yang dilakukan dalam suatu operasional bisnis. Dari catatan yang sudah dibuat, pelaku usaha dapat beralih pada proses selanjutnya, yaitu meringkas hasil catatan yang umumnya dilakukan dengan mengelompokkan setiap transaksi yang sudah dicatat ke dalam pos-posnya yang sesuai.
Apabila setiap transaksi sudah diringkas dan dikelompokkan secara sesuai, proses berikutnya adalah menyusun kelompok-kelompok transaksi tersebut dalam sebuah laporan keuangan; baik yang dilakukan dalam kurun waktu per bulan maupun yang dilakukan secara tahunan. Laporan keuangan tersebut kemudian dapat dianalisis yang menjadi proses selanjutnya sekaligus yang terakhir dalam rangkaian kegiatan akuntansi.
Keempat tahapan tersebut yang kemudian disebut sebagai proses akuntansi, dan tentu saja ini berarti bahwa kegiatan akuntansi yang dilakukan masih belum sempurna jika ada tahapan yang tertinggal atau tidak dilakukan. Sederhana, kan?
Baca juga: Profesi Akuntan, Fungsi, dan Tugasnya
Jadi, Apa Manfaat Akuntansi bagi Bisnis?
Setelah mengetahui pengertian akuntansi beserta prinsip-prinsip yang perlu diterapkan di dalamnya, jenis-jenisnya, dan juga tahapan yang perlu dilewati untuk menyelesaikan kegiatan akuntansi tersebut, kita dapat kembali ke pertanyaan awal, “Apakah benar memahami ilmu akuntansi merupakan modal utama dalam berbisnis?”
Ketika seorang pelaku usaha sudah menguasai ilmu akuntansi dengan baik, tentu ia dapat dengan mudah menyusun laporan keuangan yang tepat dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Bagaimanapun juga, manfaat akuntansi yang paling utama adalah memberikan sajian data atau informasi keuangan dari bisnis yang dijalankan secara lengkap, jelas, dan mudah untuk dipahami.
Dari manfaat akuntansi yang satu ini, ada banyak manfaat turunan yang bisa dinikmati oleh pelaku usaha; mulai dari proses pengambilan keputusan bisnis yang tepat sesuai dengan kondisi nyata yang dihadapi di lapangan, hingga menumbuhkan kepercayaan publik terhadap bisnis yang dijalankan melalui pelaporan keuangan yang sehat.
Jangan menganggap sepele manfaat turunan ini, karena dari kepercayaan publik yang baik, pelaku usaha juga dapat lebih mudah dalam meyakinkan pemilik dana maupun pemegang kepentingan lainnya yang terkait untuk menjadi investor. Melalui bantuan yang diberikan oleh suntikan dana segar ini, pengembangan bisnis pun dapat dilakukan dengan lebah cepat dibanding bisnis yang tidak memiliki investor.
Secara beruntun, manfaat turunan ini akan memberikan manfaat yang lainnya, yaitu memungkinkan pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis yang sedang dikelola, sehingga pendapatan bisnis yang dihasilkan pun dapat ditingkatkan lebih jauh. Jadi, jika dibilang bahwa menguasai akuntansi merupakan modal utama dalam berbisnis, mungkin tidak sepenuhnya benar.
Namun, pelaku usaha yang telah menguasai akuntansi secara mendalam bisa dibilang sudah memiliki satu modal tambahan untuk memperoleh pendapatan bisnis yang lebih besar jika dibandingkan dengan pelaku usaha lain yang sama sekali tidak memahami seluk beluk serta prinsip-prinsip yang perlu diterapkan dalam melakukan kegiatan akuntansi.
Penguasaan yang baik terhadap ilmu akuntansi adalah salah satu modal yang perlu dimiliki oleh setiap pelaku usaha; khususnya bagi mereka yang ingin dengan tepat mengambil keputusan terbaik bagi bisnis yang dijalankan. Namun, tentu menguasai cabang ilmu yang satu ini hingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang akurat bukanlah perkara yang mudah.
Namun, tidak perlu takut, karena pelaku usaha sebenarnya dapat memanfaatkan fitur keuangan yang ada dalam aplikasi majoo untuk secara otomatis mencatat setiap transaksi yang dilakukan dengan tepat dan akurat, lho! Dengan catatan transaksi yang rapi dan kronologis, tentu menyusun laporan keuangan akan menjadi pekerjaan yang lebih mudah untuk diselesaikan, keputusan bisnis terbaik pun dapat segera diambil, kan?
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!
Baca juga: Belajar Akuntansi Dasar dengan Cara Mudah dan Menyenangkan