Apa Itu Co-Branding? Ketahui Seluk-Beluknya di Sini!

Penulis Nisa Destiana
14 May 2022

article thumbnail

Salah satu co-branding yang sempat viral, yaitu kolaborasi brand kosmetik dengan brand F&B.

Praktik co-branding yang banyak viral belakangan ini ialah kolaborasi antara brand kosmetik dengan merek food and beverage. Sebagian dari kamu mungkin masih ingat kolaborasi merek kosmetik dengan brand jamu, bumbu penyedap, kue, minuman, hingga air mineral.

Hasil kolaborasi tersebut cenderung unik. Beberapa di antaranya juga diproduksi dalam jumlah terbatas atau limited edition sehingga makin mendongkrak minat beli konsumen.

Lalu, sebenarnya apa itu co-branding? Yuk, cari tahu selengkapnya dalam penjelasan di bawah ini!

Co-branding adalah…

Co-branding adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan berbagai brand produk atau jasa sebagai aliansi strategis. Dikenal dengan sebutan brand partnership, co-branding melibatkan kolaborasi dari beberapa merek, setidaknya dua dua perusahaan berbeda.

Dalam kolaborasi atau aliansi tersebut, setiap merek menyumbangkan identitasnya untuk membentuk identitas merek yang menyatu. Tentu saja hal ini diperkuat dengan bantuan logo serta skema warna yang unik.

Inti dari strategi co-branding adalah menggabungkan kekuatan pasar, brand awareness, dan ‘cap’ kedua merek sehingga konsumen bersedia membayar lebih besar. Selain itu, strategi ini juga membuat produk lebih sulit ditiru oleh pesaing.

Baca juga: Konsep Brand Awareness dan Cara Meningkatkannya dalam Bisnis

Kelebihan co-branding

Sebetulnya, apa kelebihan co-branding sehingga beberapa perusahaan memutuskan menerapkan strategi ini? 

1. Meningkatkan ekuitas merek

Biasanya, kolaborasi dilakukan antara merek yang sudah memiliki ekuitas merek tinggi. Harapannya, dengan menerapkan brand partnership, ekuitas merek masing-masing akan meningkat.

Pasalnya, ketika beberapa merek disatukan dalam produk tertentu, tingkat kepercayaan konsumen serta seluruh komponen yang membentuk ekuitas merek akan tergabung menghasilkan ekuitas yang lebih tinggi.

Ekuitas merek yang tinggi pada produk co-branding akhirnya akan memperkuat ekuitas masing-masing merek yang terlibat dalam kolaborasi.

2. Meningkatkan volume penjualan

Berhubung produk hasil kolaborasi brand cenderung unik, minat konsumen atas produk tersebut pun biasanya meningkat. Konsumen juga menilai produk kolaborasi memiliki nilai lebih tinggi daripada produk masing-masing brand yang dijual terpisah.

Karena itu, kolaborasi ini sering kali dapat meningkatkan volume penjualan. Pada akhirnya, strategi ini tentu mendorong kenaikan profit perusahaan.

3. Mendorong kenaikan market share dan brand awareness

Salah satu tujuan dilakukannya co-branding adalah memperkenalkan konsumen salah satu brand terhadap brand lain yang berkolaborasi. Jadi, harapannya pelanggan loyal brand X bisa mengenal merek Z melalui kolaborasi brand.

Dengan begitu, perusahaan juga berharap terjadi peningkatan market share dan diperoleh konsumen-konsumen baru.

4. Profitabilitas meningkat

Seperti disebutkan sebelumnya, kolaborasi brand dapat meningkatkan volume penjualan. Selain itu, kolaborasi ini juga bisa meningkatkan buying power konsumen yang berujung pada peningkatan profitabilitas.

Bukan rahasia lagi, setiap merek tentu memiliki persentase konsumen dengan buying power tinggi.

Sebagai contoh, brand X mempunyai rata-rata konsumen sebesar 75% dan 25%-nya ialah konsumen dengan buying power tinggi.

Sementara itu, brand Z memiliki 30% konsumen dengan buying power tinggi dari total rata-rata 70% konsumen. 

Apabila setiap produk dari merek tersebut dijual terpisah dengan harga tinggi, hanya 25% atau 30% konsumen yang akan membelinya. Akan tetapi, melalui kolaborasi, jumlah konsumen dengan buying power tinggi pun meningkat.

Berkat peningkatan daya beli konsumen serta peningkatan volume penjualan, total keuntungan yang bisa diterima perusahaan pun makin besar.

Kekurangan co-branding

Dari paparan di atas, kita tahu bahwa co-branding menawarkan banyak keuntungan. Meskipun begitu, layaknya semua strategi lain, kolaborasi brand juga mempunyai kekurangan, antara lain:

  • Brand dituntut untuk berbagi kepercayaan dan sumber daya dengan perusahaan lain.
  • Seluruh staf yang terlibat dalam proyek kolaborasi harus bekerja lebih cermat dan sesuai pedoman.
  • Tidak menutup kemungkinan brand image kedua perusahaan berbenturan sehingga memicu kaburnya segmen pasar yang ditargetkan jika brand gagal menunjukkan koneksi yang masuk akal.

Baca juga: Brand Image: Pengertian, Contoh, dan Indikatornya

 Brand coffee shop dan kecap manis juga sempat menghadirkan co-branding yang menyita perhatian.

Contoh co-branding

Supaya kamu makin memiliki gambaran jelas tentang strategi yang satu ini, kami juga telah menyiapkan contoh co-branding yang pernah dilakukan oleh beberapa merek. Yuk, langsung disimak!

1. Tolak Angin X Upmost

Beberapa dari kamu mungkin familier dengan kolaborasi brand jamu terkemuka, yaitu Tolak Angin, dengan Upmost Beaute. Kedua merek ini berkolaborasi dan menghadirkan produk eyeshadow palette.

Palet yang diberi nama Honey Glazed Eyeshadow Palette tersebut menampilkan pilihan warna-warna gradasi cokelat yang konon terinspirasi dari warna jamu Tolak Angin.

Kolaborasi ini sempat sangat menarik perhatian warganet dan menjadikannya viral.

Baca juga: Apa Benar Customer Engagement Adalah Tren Bisnis Masa Kini?!

2. Oreo X Supreme

Contoh co-branding yang berhasil menjangkau segmen pasar berbeda ialah kolaborasi Oreo dan Supreme. Produk Oreo X Supreme tentunya tidak hanya menarik minat penikmat kuliner, tetapi juga mencuri perhatian pencinta fesyen, khususnya brand Supreme.

Seperti disebutkan sebelumnya, brand partnership dapat membuat konsumen bersedia membayar lebih besar. Hal ini terbukti pada produk Oreo X Supreme.

Biskuit Oreo yang biasanya dijual dengan harga belasan ribu, harganya melejit hingga ratusan, bahkan jutaan rupiah saat berkolaborasi dengan Supreme.

Penjualan yang dilakukan secara terbatas kian melejitkan harga produk yang satu ini.

3. ERHA X AQUA

Kolaborasi antimainstream lainnya datang dari ERHA dan AQUA. Kolaborasi ini menghasilkan rangkaian produk perawatan kulit bertajuk “Re-Fresh”. 

Rangkaian skincare ini terdiri dari hydrating mask, serum, face mist, lip balm dan sunscreen

Brand partnership ERHA dengan merek air minum tertua di Indonesia ini terbilang ide cemerlang. Citra AQUA yang menyegarkan tepat sekali disandingkan dengan skincare yang memiliki fungsi hidrasi. 

Konsumen bisa melihat relasi masuk akal dan justru menjadi tertarik mencobanya. Sejak sebelum produknya digunakan saja, kesan segar sudah terpancar jelas dari produk kolaborasi ini. 

4. Mizzu X Khong Guan

Para pencinta makeup mungkin sudah akrab dengan merek Mizzu, yaitu salah satu brand kosmetik ternama yang banyak digemari. 

Nah, belum lama ini Mizzu membuat gebrakan cukup mengejutkan melalui kolaborasinya dengan Khong Guan.

Masyarakat Indonesia sudah mengenal Khong Guan sebagai salah satu produk biskuit selama bertahun-tahun. 

Akan tetapi, alih-alih meluncurkan produk biskuit, Mizzu dan Khong Guan justru berkolaborasi menghadirkan produk kosmetik dengan kemasan layaknya produk Khong Guan.

Seketika, hasil kolaborasi ini menarik minat para pencinta makeup yang gemar mengoleksi kosmetik dengan kemasan unik.

5. Chitato X Indomie

Kolaborasi Chitato dan Indomie merupakan contoh co-branding yang juga sukses mencuri perhatian publik. Bagaimana tidak? Snack kentang favorit banyak orang tersebut tiba-tiba hadir dalam varian rasa Indomie goreng!

Kedua merek ini sudah mempunyai banyak peminat sebab produknya memiliki cita rasa yang khas. Menggabungkan kedua cita rasa ini tentu saja membuat para penggemarnya menjadi penasaran.

Bahkan, bagi beberapa orang, kombinasi tersebut terasa ‘too good to be true’. Wajar saja bila produk ini langsung terjual habis pada saat peluncurannya.

Baca juga: 5 Strategi Pemasaran: Tujuan, Contoh, Jenis Strategi

Kesimpulan

Bagaimana? Apakah sekarang kamu sudah memiliki gambaran yang lebih jelas tentang co-branding?

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa co-branding adalah strategi yang memanfaatkan berbagai brand produk atau jasa melalui aliansi bisnis yang strategis atau lebih dikenal sebagai kolaborasi.

Bentuk partnership atau kolaborasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Terlepas dari keunggulan serta keterbatasan strategi ini, sudah ada beberapa contoh co-branding yang sukses.

Apakah kamu tertarik untuk mendongkrak nilai brand serta penjualan bisnis dengan menerapkan strategi yang satu ini? Jika demikian, kamu perlu memperhitungkan anggaran produksi serta anggaran pemasaran dalam penerapan kolaborasi brand ini.

Selain itu, kamu juga perlu mencatat seluruh biaya dan pendapatan secara rapi pada laporan arus kas agar bisa disajikan sebagai bahan rujukan dalam mengambil keputusan bisnis di masa depan.

Namun, bila kamu kesulitan dalam pembuatan laporan keuangan, kamu bisa mempertimbangkan penggunaan aplikasi POS yang telah dilengkapi dengan fitur laporan keuangan seperti majoo.

majoo adalah aplikasi wirausaha lengkap yang hadir untuk membantu para pemilik usaha, terutama usaha kecil dan menengah, supaya bisa mengelola bisnisnya dengan lebih optimal dan efisien.

Tidak hanya hadir sebagai sistem POS yang mempercepat dan mempermudah proses transaksi penjualan, tetapi juga membantu pengelolaan berbagai aspek bisnis lain, mulai dari penyajian laporan keuangan lengkap hingga pengelolaan kampanye digital.

Tunggu apa lagi? Yuk, pelajari lebih lanjut fitur-fitur aplikasi majoo sekarang juga dan rasakan kemudahan dalam pengelolaan bisnismu!

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo