Apakah kamu sedang menjalani bisnis makanan, fesyen, furnitur, dan segala jenis bisnis yang memproduksi barang? Kamu tentu tahu mengenai keutamaan ketersediaan bahan baku. Ya, tanpa bahan baku maka produksi akan mandek.
Namun, apakah kamu familiar dengan bahan penolong? Jenis bahan ini sama pentingnya dengan bahan baku namun memiliki karakteristik tersendiri.
Dengan memahami mengenai bahan penolong, kamu bisa mengelompokkan biaya untuk pembeliannya dengan lebih baik saat pencatatan secara akuntansi dalam laporan keuanganmu.
Yuk, simak bahasan singkat mengenai bahan penolong ini agar wawasanmu dalam dunia produksi menjadi lebih luas.
Happy reading!
Baca juga: Belajar Menghitung Harga Pokok Produksi dengan Benar
Pengertian Bahan Penolong
Yap, seperti biasa kita mulai dengan batasan definisi. Apa itu bahan penolong?
Mengutip Pasal 1 ayat (3) Permenperin 21 Tahun 2021, bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai pelengkap dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang fungsinya sempurna sesuai parameter produk yang diharapkan.
Peran Bahan Penolong dalam Proses Produksi
Dilihat dari definisinya, memang bahan penolong tak memegang peran utama seperti bahan baku. Namun demikian, bahan penolong berfungsi sebagai bahan yang:
- melengkapi fungsi,
- meningkatkan efisiensi, serta
- menjamin keamanan produk.
Bagaimana jika bahan penolong ini tak disediakan dalam proses produksi? Ya, tentu saja produksi masih bisa berjalan. Namun produk yang dihasilkan akan kurang efektif atau bahkan mengalami penurunan fungsi.
Bahan Penolong dalam Kategori Bahan dalam Produksi
Dalam bisnis yang melibatkan produksi, ada beberapa kategori bahan yang harus disediakan, yaitu:
- Bahan baku. Ada dua jenis bahan baku:
- Bahan baku langsung (direct material). Bahan yang jadi bagian utama dari barang yang dihasilkan. Tanpa adanya bahan baku ini, produksi benar-benar tak berjalan. Contoh bahan baku langsung misalnya kayu dalam produksi kursi makan; tepung terigu dalam produksi roti, kain dalam produksi gamis.
- Bahan baku tidak langsung (indirect material). Bahan yang sangat berperan dalam mendukung bahan baku langsung, namun tak terlihat secara langsung saat produknya jadi. Tanpa bahan baku jenis ini, produksi pun tak akan berjalan. Contoh bahan baku tidak langsung misalnya, lem dalam produksi kursi, mur-baut dalam produksi speaker, dan lain-lain.
- Bahan penolong. Sering disamakan dengan bahan baku tidak langsung. Namun ketiadaan bahan penolong tak membuat proses produksi terganggu. Hanya saja produk yang dihasilkan berkurang kualitasnya dan efisiensi produksi menurun. Misalnya, plastik dalam usaha roti, label pakaian dalam produksi gamis, politur vernis dalam produksi kursi kayu, dan sebagainya.
Perbedaan Bahan Penolong dan Bahan Baku
Jika kamu masih bingung mengenai perbedaan antara penolong dan bahan baku. Yuk, kita fokus pada fungsi dan penggunaannya dalam proses produksi.
Sampai sini, semoga kamu sudah paham benar, ya, mengenai bahan penolong dan tak tertukar lagi dengan bahan baku!
Bahan Penolong dalam Industri Makanan
Ada yang menarik mengenai bahan penolong dalam industri makanan. Kriteria dan syaratnya lebih ketat karena tentu saja produksi makanan selain enak dikonsumsi haruslah aman untuk kesehatan.
Oleh karena itu, diterbitkanlah Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Bahan Penolong dalam Pengolahan Pangan.
Dikutip dari peraturan tersebut, definisi yang diusung BPOM mengenai bahan penolong adalah:
- bahan, tidak termasuk peralatan, yang lazimnya tidak dikonsumsi sebagai pangan;
- digunakan dalam pengolahan pangan untuk memenuhi tujuan teknologi tertentu dan tidak meninggalkan residu pada produk akhir;
- tetapi apabila tak bisa dihindari, residu dan/atau turunannya dalam produk akhir tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan.
Syarat Utama Bahan Penolong dalam Industri Makanan
Nah, perhatikan untuk kamu yang sedang menjalani proses produksi pangan. Ada Syarat utama yang harus dipenuhi saat memilih bahan penolong dalam usahamu, yaitu:
- Gunakan dalam jumlah seminimal mungkin namun memberikan efek yang diinginkan; dan
- Harus ada upaya penghilangan residu dan/atau inaktivasi pada akhir proses produksi pengolahan pangan.
Misalnya saja bahan penolong golongan pemucat, pencuci, dan/atau pengelupas kulit, jenis hidrogen peroksida dan natrium hipoklorit, harus memenuhi batasan ini:
- kadar maksimal hidrogen peroksida 35% (v/v)
- kadar maksimal natrium hipoklorit 15% (v/v).
Ya, terdapat aturan yang ketat mengenai penggunaan bahan penolong dalam produksi pangan. Kamu bisa pelajari selengkapnya di laman standarpangan.pom.go.id.
Upaya Penghilangan Residu Bahan Penolong dalam Industri Makanan
Nah, cara yang dilakukan sebagai upaya penghilangan residu dan/atau aktivasi pada akhir proses produksi pengolahan pangan berdasarkan peraturan yang disebutkan di atas bisa dilakukan dengan cara:
- pemanasan;
- pengaturan pH menggunakan BTP pengatur keasaman yang diizinkan dan diikuti dengan penyaringan atau sentrifugasi;
- penyaringan;
- pengangkatan; dan/atau
- cara lain yang sesuai.
Jadi, jangan sampai sisa bahan penolong masih terkandung dalam produk yang akan dikonsumsi oleh pelanggan.
Golongan Bahan Penolong dalam Produksi Pengolahan Pangan
Golongan bahan penolong yang ditetapkan Pasal 3 Peraturan BPOM Nomor 28 Tahun 2019 meliputi:
- bahan pemucat, pencuci, dan/atau pengelupas kulit;
- bahan penjernih, penyaring, adsorben, dan/atau penghilang warna;
- bahan tambahan untuk air pada ketel uap;
- enzim;
- flokulan (flocculating agent);
- katalis;
- nutrisi untuk mikroba;
- pengontrol pertumbuhan mikroorganisme;
- penjerap enzim;
- resin penukar ion; dan
- bahan penolong lainnya.
Biaya Bahan Penolong
Oke, kita kembali ke bahasan bahan penolong secara umum. Tadi di pembuka disebutkan bahwa pentingnya membahas mengenai bahan penolong adalah agar kamu bisa mengategorisasikan biayanya saat pencatatan secara akuntansi.
Pertanyaannya, bahan penolong termasuk dalam biaya apa? Begini, kamu perlu memahami dulu mengenai jenis biaya produksi.
Jenis Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan dana yang wajib disediakan oleh perusahaan untuk membuat sebuah produk.
Biaya produksi inilah yang menjadi acuan bagi perusahaan dalam menentukan harga jual. Singkatnya, ada 5 jenis biaya produksi, yaitu:
- Biaya tetap (fixed cost). Pengeluaran yang totalnya tak akan mengalami perubahan, walaupun volume produksi barang mengalami peningkatan maupun penurunan.
- Biaya variabel (variabel cost). Biaya yang besarnya bergantung pada output. Jika produksi barang tinggi, maka biaya variabel juga akan meningkat. Biaya variabel hanya akan diperlukan pada saat proses produksi berlangsung.
- Biaya rata-rata (average cost). Biaya per unit yang akan didapatkan dengan cara membagi total pengeluaran dengan jumlah output produksi.
- Biaya marginal. Pengeluaran tambahan yang akan digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan produksi.
- Biaya total. Biaya yang diperoleh dari penggabungan variabel cost dan fixed cost.
Nah, dari kategorisasi ini, berdasarkan sifatnya yang bergantung pada seberapa besar produk yang ingin dihasilkan maka biaya bahan penolong termasuk ke dalam biaya variabel atau variable cost.
Penggolongan Berdasarkan Biaya Overhead
Selain penggolongan di atas, dalam dunia industri ada istilah biaya overhead.
Biaya overhead adalah biaya yang muncul dalam proses produksi selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Karena bahan penolong bukanlah bahan baku, maka bahan penolong termasuk ke dalam biaya overhead.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan sifatnya biaya overhead dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Biaya bahan penolong. Definisi dan ketentuannya sudah dijelaskan sebelumnya, ya. Pada prinsipnya, bahan penolong termasuk ke dalam bahan yang penggunaannya adalah menolong bahan utama dalam proses produksi.
- Biaya tenaga kerja tidak langsung. Berperan sebagai pendukung produksi. Misalnya biaya satpam pabrik.
- Biaya pemeliharaan. Infrastruktur yang mendukung proses produksi. Di antaranya adalah biaya perawatan mesin produksi, dan gedung pabrik. Biaya yang dikeluarkan untuk merawat mesin mesin tersebut termasuk kedalam biaya pemeliharaan.
Dari sini jelaslah bahwa biaya bahan penolong termasuk biaya overhead yang merupakan variable cost.
Baca juga: 3 Contoh Laporan Piutang dan Cara Membuatnya
Kesimpulan
Semoga penjelasan mengenai bahan penolong ini bisa memberikanmu pemahaman yang lebih baik, ya.
Diharapkan setelah ini, jika sedang menekuni bisnis yang bersifat produksi, kamu bisa merinci apa saja item yang kamu kategorisasikan ke dalam bahan penolong. Bisakah kamu sebutkan sekarang? Semoga bisa cepat menjawabnya, ya.
Jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekkan ulang mengenai ketersediaannya. Walaupun kebutuhannya tak sebanyak bahan baku, tanpa bahan penolong maka kualitas produk dan efektivitas produksi dari usahamu akan menurun.
Perhatikan juga peraturan dan hukum yang melandasi pemakaian bahan penolong di tiap industri. Khususnya industri yang sedang kamu geluti. Jangan sampai kamu terlibat sengketa yang merugikan perusahaan atau bahkan sampai membuat citra perusahaan sangat buruk karena ketidaktahuanmu.
Referensi:
https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/peraturan/2019/PBPOM-No-28-Tahun-2019-tentang-Bahan-Penolong-dalam-Pangan-Olahan.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/a/klasifikasi-bahan-baku--barang-konsumsi--dan-bahan-penolong-lt62b3eef3a1fc7
https://accurate.id/bisnis-ukm/bahan-penolong-adalah/
Sumber gambar: Freepik