Sesuai namanya, implicit cost atau biaya implisit adalah kategori biaya perusahaan yang tidak terlihat. Biaya ini umumnya berkaitan dengan pemanfaatan aset internal perusahaan.
Tak hanya implicit cost, di dalam tata kelola keuangan perusahaan terdapat pula kategori explicit cost atau biaya eksplisit. Apa perbedaan biaya implisit dan eksplisit? Apa saja biaya-biaya yang masuk dalam kedua kategori biaya tersebut? Yuk, simak selengkapnya!
Definisi Biaya Implisit
Kamu mungkin sudah familier bahwa dalam operasional bisnis atau perusahaan, pasti ada biaya. Secara sederhana, biaya adalah dana yang ‘dikorbankan’ perusahaan atau entitas bisnis untuk menghasilkan suatu produk atau jasa.
Kadang dana ini juga perlu dikeluarkan untuk memasarkan produk atau memastikan operasional bisnis berjalan lancar.
Mengingat panjangnya suatu kegiatan operasional bisnis, biaya yang dikeluarkan pun tentu banyak ragamnya. Adapun salah satu jenis biaya yang perlu dipahami oleh pemilik usaha ialah biaya peluang atau opportunity cost.
Menariknya, berbeda dengan kebanyakan biaya yang mengharuskan bisnis mengeluarkan uang, tidak ada pengeluaran dana pada biaya peluang. Hanya saja, ada peluang pendapatan atau keuntungan yang jadi tidak diperoleh oleh bisnis.
Dengan kata lain, opportunity cost adalah peluang yang dikorbankan atau tidak didapatkan oleh perusahaan karena keputusan bisnis tertentu. Biaya seperti ini tidak terlihat sebab tidak ada dana yang dikeluarkan, tetapi tetap ada nilai peluang yang dikorbankan.
Nah, biaya implisit adalah opportunity cost yang muncul karena pemakaian aset perusahaan. Saat aset tersebut dipakai, perusahaan tidak dapat menerima pendapatan dari pihak lain.
Memang implicit cost tidak dimasukkan dalam pelaporan keuangan tahunan perusahaan sebab tidak ada wujud fisiknya. Akan tetapi, biaya implisit dapat menjadi indikator adanya keuntungan yang dikorbankan karena penggunaan aset internal.
Sebagai contoh, perusahaan memiliki kendaraan operasional yang tidak selalu digunakan setiap hari. Pada hari-hari tidak digunakan, bisnis menyewakan kendaraan tersebut kepada pihak luar untuk menambah pendapatan.
Dengan demikian, ada implicit cost saat kendaraan terkait dipakai oleh perusahaan, misalnya untuk distribusi stok. Pasalnya, pada waktu tersebut, bisnis kehilangan peluang mendapatkan keuntungan dari penyewaan kendaraan.
Baca Juga: Memahami Definisi dan Contoh Biaya Eksplisit
Mengenal Perbedaan Biaya Implisit dan Eksplisit
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam operasional perusahaan, ada pula biaya eksplisit. Apa itu biaya eksplisit?
Kategori biaya yang satu ini sebetulnya merupakan biaya yang selama ini diketahui oleh banyak orang, yaitu yang dananya dianggarkan serta dialokasikan. Jadi, biaya eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang secara riil.
Biaya-biaya yang kamu kenal, seperti biaya sewa, biaya gaji karyawan, biaya modal investasi, dan lain-lain termasuk ke dalam biaya eksplisit.
Jika kita buat poin rinci, perbedaan biaya implisit dan eksplisit dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini.
Apabila disimpulkan, biaya implisit perlu diketahui sebagai dasar pertimbangan ketika kamu membuat keputusan terkait pemanfaatan aset perusahaan. Sementara itu, biaya eksplisit perlu diketahui dan dicatat dengan baik karena memengaruhi proses produksi dan nilai laba secara langsung.
Baca Juga: Rumus Laba dan Cara Menghitung Laba yang Benar dalam Bisnis
Contoh-contoh Biaya Implisit
Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa implicit cost merupakan ‘biaya’ yang timbul karena adanya peluang yang tidak dipilih oleh bisnis. Apakah sering hal seperti ini terjadi dalam bisnis? Memangnya apa saja contoh biaya implisit?
Biaya yang termasuk ke dalam biaya implisit adalah hilangnya waktu kerja karyawan karena harus mengikuti corporate training, reparasi mesin, dan lain-lain. Supaya kamu memperoleh gambaran yang lebih jelas, mari simak penjelasan di bawah ini!
Waktu untuk corporate training
Pelaksanaan pelatihan lazim sekali di perusahaan. Tak hanya lazim, program training memang dibutuhkan untuk memastikan karyawan memiliki kapabilitas yang sesuai dan mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Namun, bila diamati, waktu tersebut sebetulnya merupakan waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan pemasaran, kegiatan produksi, dan operasional bisnis lainnya. Dengan demikian, waktu keryawan untuk mengikuti corporate training dapat dianggap sebagai implicit cost.
Adapun nilai biaya tersebut dapat diperkirakan, misalnya dengan menghitung output barang yang berkurang selama training berlangsung.
Reparasi mesin
Beberapa bisnis menggunakan mesin untuk produksi. Kondisi mesin tidak selalu prima sehingga pada waktu tertentu mungkin perlu perbaikan.
Periode reparasi mesin sama dengan waktu mesin tersebut tidak digunakan untuk produksi barang. Artinya, ada peluang produksi yang hilang sehingga waktu reparasi mesin pun dapat digolongkan sebagai implicit cost.
Sebut saja, kamu memiliki kedai kopi dan mesin espreso di kedaimu rusak. Lalu, mesin tersebut perlu diperbaiki selama tiga jam. Padahal, selama tiga jam tersebut ada lima pelanggan yang ingin memesan kopi espresso based dan batal. Maka, implicit cost dapat dihitung sebagai 5 x Rp25.000 (harga segelas minuman), yaitu setara Rp125.000.
Baca Juga: Pengertian Manajemen Operasional, Fungsi, serta Contohnya
Penanganan operasional perusahaan oleh pemilik
Pemilik usaha sering kali belum memiliki cukup dana untuk merekrut karyawan pada awal usahanya dibangun. Akhirnya, pemilik usaha melakukan beberapa pekerjaan sekaligus.
Padahal, pekerjaan-pekerjaan tersebut mungkin akan lebih baik dan efektif jika didelegasikan kepada staf dengan keahlian sesuai. Kondisi kehilangan peluang mendapatkan hasil lebih optimal pun dapat masuk dalam implicit cost.
Ketahui Cara Menghitung Biaya Implisit
Pada pembahasan contoh biaya implisit di atas, telah disinggung soal perhitungannya secara sederhana. Namun, agar kamu mendapatkan pemahaman yang lebih utuh, silakan simak cara menghitung biaya implisit serta eksplisit di bawah ini.
Bapak A memiliki rumah dengan halaman cukup luas di jalan utama. Halaman yang langsung menghadap badan jalan tersebut menjadi peluang menarik bagi banyak pemilik UMKM.
Bapak A membuat empat kavling toko yang disewakan sebesar Rp2.500.000 per bulan. Suatu saat, bapak A memutuskan untuk berhenti menyewakan salah satu kavling tokonya karena ingin berbisnis sendiri.
Berhubung sudah cukup berusia, bapak A perlu mempekerjakan seorang karyawan untuk mengelola toko tersebut dengan gaji Rp1.000.000. Adapun biaya-biaya lain terkait operasional toko diperkirakan sekitar Rp500.000. Di sisi lain, bapak A memiliki estimasi pendapatan Rp5.000.000 per bulan.
Jadi, perhitungannya sebagai berikut
Biaya eksplisit
Biaya eksplisit = Biaya operasional + Biaya gaji
Biaya eksplisit = Rp500.000 + Rp1.000.000
Biaya eksplisit = Rp1.500.000
Estimasi laba = Estimasi pendapatan - Biaya eksplisit
Estimasi laba = Rp5.000.000 - Rp1.500.000
Estimasi laba = Rp3.500.000
Biaya implisit = Peluang sewa pihak lain
Biaya implisit = Rp2.500.000
Berdasarkan perhitungan di atas, jika estimasi bapak A tepat, usaha sendiri masih akan memberikan keuntungan lebih baik daripada menyewakan satu kavling tersebut kepada pihak lain. Maka dari itu, keputusan bisnis bapak A dapat dianggap tepat.
Semoga kamu tidak kebingungan lagi dalam membedakan implicit dan explicit cost setelah membaca artikel ini sampai akhir. Jangan lupa, gunakan aplikasi POS yang dilengkapi fitur laporan keuangan agar tidak ada biaya eksplisit yang terlewat dicatat, ya!
Sumber:
https://www.ruangmenyala.com/article/read/biaya-implisit-pengertian-contoh-bagi-perusahaan-perbedaannya
https://www.jurnal.id/id/blog/perbedaan-biaya-eksplisit-dan-implisit/