Debt to Equity Ratio (DER): Definisi dan Rumus Menghitungnya

Penulis Retna Kumalasari
22 September 2022

article thumbnail

Sebagai pemilik perusahaan, tentu kamu harus bisa memahami istilah-istilah yang muncul di setiap laporan keuangan. Dengan begitu, kamu dapat menilai perjalanan dan perkembangan perusahaan tersebut.

Suatu perusahaan dapat mengetahui kesehatan perusahaan dari laporan keuangan internalnya, tidak hanya hasil penjualan dan kualitas SDM-nya saja. Laporan keuangan akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut.

Salah satu aspek dari laporan keuangan yang perlu kamu ketahui adalah Debt to Equity Ratio

Secara umum, Debt to Equity Ratio merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin rendah rasio DER, maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi semua kewajibannya.

Apa Itu Debt to Equity Ratio (DER) ?

DER atau debt to equity ratio memiliki pendapat oleh beberapa ahli, berikut pengertian Debt to equity ratio menurut para ahli:

Sukmawati Sukamulja (2017)

Mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) adalah mengukur persentase liabilitas pada struktur modal perusahaan. Rasio ini penting untuk mengukur risiko bisnis perusahaan yang semakin meningkat dengan penambahan jumlah liabilitas.

Mudrajad Kuncoro (2016)

Menyampaikan bahwa rasio ini berfungsi untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan.

Kasmir (2012)

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, Debt to Equity Ratio (DER) adalah metode untuk mengukur risiko bisnis suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi sebuah keputusan baik bagi perusahaan, kreditur, dan inverstornya.

Rumus DER (Debt to Equity Ratio)

Sebelum kita mengetahui cara menghitung Debt to Equity Ratio (DER), kamu harus mengetahui rumus DER (Debt to Equity Ratio) terlebih dahulu.

 

Keterangan:

  • Total Liabilities = Total Utang
  • Total Equity = Total Modal

Untuk dapat menghitung DER, kamu perlu memperhatikan nilai utang (liabilitas) dan equity (equitas).

Total utang atau liabilitas di sini adalah kewajiban yang harus dibayar perusahaan secara tunai dalam jangka waktu tertentu. Liabilitas ini terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan waktu pelunasannya, yaitu kewajiban jangka panjang, kewajiban lancar, dan kewajiban lain-lain.

1. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang merujuk pada kewajiban keuangan perusahaan yang jatuh tempo lebih dari satu tahun ke depan atau di luar periode normal. 

Umumnya, nominal yang digunakan pada kewajiban jangka panjang lebih besar dan memiliki bunga yang besar, seperti pinjaman bank atau pihak lain.

2. Kewajiban Lancar

Utang lancar atau kewajiban lancar adalah kewajiban yang sifatnya jangka pendek. Biasanya, kewajiban lancar seperti ini bisa kita temui pada utang perusahaan yang terkait dengan operasional perusahaan. 

Misalnya seperti utang kepada supplier, kewajiban pembayaran gaji, hingga utang pembelian barang dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. 

Contoh Menghitung Debt to Equity Ratio (DER)

Berdasarkan laporan keuangan kuartal II per 30 September 2020, perusahaan ABC memiliki kewajiban atau liability sebanyak 2.642.870 dan Ekuitas sebanyak 1.563.710. Kemudian, berapakah Debt to Equity Ratio (DER) dari perusahaan tersebut?

Jawab:

  • Total kewajiban (Liability): 2.642.870
  • Total ekuitas (Equity): 1.563.710

DER = Total utang / Total Ekuitas

DER = 2.642.870 / 1.563.710 

DER = 1,67 kali

Maka, rasio utang dari perusahaan ABC adalah sebesar 1,67 kali. Rasio utang pada perusahaan ini masih tergolong kategori aman, karena tidak melebihi 2 kali atau 200%.

Cara Membaca DER (Debt to Equity Ratio) Perusahaan

Berikut ini adalah cara membaca rasio DER, agar kita dapat mengetahui apakah hasil penghitungan DER tersebut masuk ke dalam kategori baik atau tidak bagi perusahaan.

Baca juga: Return on Equity: Definisi dan Cara Menghitung RoE

  1. Nilai DER di bawah atau sama dengan 100% atau 1, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori sehat. Penyebabnya, jika perusahaan mengalami gagal bayar, maka ekuitas perusahaan terbukti mampu membayar utang-utang tersebut.

    Selaku investor, kamu masih memiliki peluang untuk mendapatkan hasil penjualan ekuitas tersebut dari sisa pembayaran utang yang dilakukan.

    Akan tetapi, Investor baru bisa mendapatkan haknya setelah pemberi utang dan pemilik saham preferen.

  2. Nilai DER di atas 100% atau 1, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori warning. Jika kamu menemui perusahaan dengan jenis ini, perhatikan laporan keuangannya, dari mana sumber utangnya berasal, hutang bank, obligasi, atau utang usaha.

    Apabila utangnya berasal dari utang bank atau obligasi, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori warning, namun jika utangnya berasal dari utang usaha, maka kondisi perusahaan tersebut baik-baik saja.

  3. Nilai DER di atas 200% atau 2, maka kondisi perusahaan sudah beresiko tinggi. Perusahaan yang memiliki rasio DER di atas 200% sangat rawan dengan berbagai macam resiko, salah satunya disebabkan oleh sentimen nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan suku bunga bank.

    Perusahaan jenis ini banyak ditemui pada bursa saham Indonesia.

  4. DER tidak cocok untuk perusahaan perbankan

    Penyebab DER tidak cocok untuk perbankan adalah karena tabungan dari para nasabah dimasukkan ke dalam pos utang atau kredit. Semakin tinggi dana tabungan masyarakat, semakin tinggi pula DER saham perbankan tersebut.

    Jadi, tidak mengherankan apabila perusahaan perbankan memiliki jumlah DER di atas 6 kali (600%) atau bahkan lebih. Itulah alasannya, perhitungan DER tidak bisa digunakan pada perusahaan perbankan.

Bisa dikatakan bahwa nilai DER yang semakin tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang semakin tinggi. Hal ini menandakan beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi profit.

Nilai Debt to Equity Ratio (DER) di bawah angka 1 mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil dari modal (ekuitas) yang dimilikinya. Dan bila nilai DER mengalami minus, maka perusahaan mengalami akumulasi kerugian yang melebihi jumlah ekuitasnya.

Faktor yang Memengaruhi Naik dan Turunnya Debt to Equity Ratio (DER)

Grill dan Chatton (2016) berpendapat, bahwa terdapat faktor-faktor yang mampu memengaruhi Debt to Equity Ratio (DER), yakni:

  1. Kenaikan atau penurunan utang
  2. Kenaikan atau penurunan modal sendiri
  3. Utang atau modal sendiri tetap
  4. Utang meningkat lebih tinggi dibandingkan modal sendiri, atau sebaliknya

Baca juga: Mengenal Rasio Solvabilitas serta Manfaatnya dalam Bisnis

Sedangkan, Bringham dan Houston (2013) menyatakan, bahwa faktor yang akan memengaruhi Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut:

  1. Stabilitas penjualan
  2. Struktur modal
  3. Leverage operasi
  4. Tingkat pertumbuhan
  5. Pajak
  6. Pengendalian
  7. Sikap manajemen
  8. Sikap pemberi pinjaman dan pemberi peringkat
  9. Kondisi pasar
  10. Kondisi internal perusahaan
  11. Fleksibilitas keuangan

Fungsi Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio memiliki fungsi utama untuk dapat mengetahui komposisi utang dan ekuitas dari suatu perusahaan. Data yang dihasilkan mengenai komposisi ini akan sangat mempengaruhi saat perusahaan ingin mengambil sebuah keputusan.

DER pun dapat mengidentifikasi kemampuan perusahaan dalam pembayaran kredit atau tagihan perusahaan.

Selain itu, dengan mengetahui perhitungan DER, kamu dapat menjadikan ini sebagai bahan pertimbangan atau pemberian kredit bagi kreditur, serta menjadi bahan pertimbangan bagi investor ketika ingin berinvestasi saham di perusahaan tersebut.

Pertanyaan Terkait

1. Berapa rasio DER yang baik?

Rasio atau nilai DER di bawah atau sama dengan 100% atau 1, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori sehat atau baik. Penyebabnya, jika perusahaan mengalami gagal bayar, maka ekuitas perusahaan terbukti mampu membayar utang-utangnya.

2. Semakin tinggi DER apakah semakin bagus?

Bisa dikatakan bahwa nilai DER yang semakin tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang semakin tinggi. Hal ini menandakan beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi profit.

3. Mengapa debt to equity ratio penting?

Debt to Equity Ratio penting untuk mengetahui komposisi utang dan ekuitas dari suatu perusahaan. Data yang dihasilkan mengenai komposisi ini akan sangat mempengaruhi saat perusahaan ingin mengambil sebuah keputusan.

DER pun dapat mengidentifikasi kemampuan perusahaan dalam pembayaran kredit atau tagihan perusahaan.

Selain itu, dengan mengetahui perhitungan DER, kamu dapat menjadikan ini sebagai bahan pertimbangan atau pemberian kredit bagi kreditur, serta menjadi bahan pertimbangan bagi investor ketika ingin berinvestasi saham di perusahaan tersebut.

4. Bagaimana cara menghitung debt to equity ratio?

Cara menghitung Debt to Equity Ratio (DER), kamu harus mengetahui rumus DER (Debt to Equity Ratio) terlebih dahulu.


Keterangan:

  • Total Liabilities = Total Utang
  • Total Equity = Total Modal

Untuk dapat menghitung DER, kamu perlu memperhatikan nilai utang (liabilitas) dan equity (ekuitas).

Total utang atau liabilitas di sini adalah kewajiban yang harus dibayar perusahaan secara tunai dalam jangka waktu tertentu. Liabilitas ini terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan waktu pelunasannya, yaitu kewajiban jangka panjang, kewajiban lancar, dan kewajiban lain-lain.

5. Bagaimana jika debt to equity ratio kurang dari 1?

JIka nilai Debt to Equity Ratio (DER) di bawah 1, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil dari modal (ekuitas) yang dimilikinya.

6. Kenapa DER bisa minus?

Nilai DER mengalami minus, perusahaan mengalami akumulasi kerugian yang melebihi jumlah ekuitasnya.

Penutup

Debt to Equity Ratio merupakan salah satu komponen penting yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan. Dengan perhitungan ini, kamu akan memahami kualitas sebuah perusahaan untuk dapat menjalankan operasionalnya.

DER ini juga menjadi pertimbangan bagi para kreditur dan investor untuk memberikan pinjaman atau dana investasi kepada perusahaan tersebut.

Apabila kamu adalah seorang pengusaha yang ingin berinvestasi pada suatu perusahaan. Ada baiknya kamu memahami bagaimana membaca laporan keuangan perusahaan, salah satunya Debt to Equity Ratio. Dengan begitu, kamu bisa berinvestasi pada perusahaan yang sehat. 

Umumnya, agar bisa mendapatkan data yang dibutuhkan untuk membuat laporan keuangan, perusahaan akan menggunakan aplikasi penunjang yang bisa mengakumulasi laporan perusahaan.

Salah satu yang bisa kamu andalkan adalah dengan menggunakan aplikasi POS. Fitur yang terdapat pada aplikasi ini akan membantu memudahkan kamu melihat laporan harian, mingguan, bahkan bulanan. Di samping itu, fitur lain yang tidak kalah penting adalah inventory, aplikasi kasir, dan aplikasi owner yang bisa kamu akses langsung dari ponsel pribadimu. Tertarik? Daftar segera, dan nikmati kemudahan aksesnya!

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo