Sebagai sebuah konsep, sebenarnya value chain adalah sebuah gagasan yang menarik dan jelas akan sangat bermanfaat ketika berhasil diterapkan dengan baik dalam bisnis. Pun demikian, tak sedikit juga pelaku usaha yang masih bingung memahaminya.
Tak jarang pula pelaku usaha merasa enggan untuk berurusan dengan value chain karena merasa konsep ini hanya akan merepotkan saja. Namun, apa memang benar demikian? Yuk, mari kita bahas bersama-sama agar bisa lebih paham dan tak keburu takut saat harus membuat value chain!
Value Chain adalah …
Diambil dari bahasa Inggris, arti dari value chain adalah rantai nilai, atau dalam dunia bisnis dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah pada bisnis di setiap proses yang ada, mulai dari pengadaan, proses produksi, pemasaran, hingga distribusinya.
Mungkin, banyak yang menganggap konsep ini hanya akan menambah kerepotan saja karena pada dasarnya, tanpa adanya value chain pun bisnis masih tetap dapat dapat dijalankan. Tidak salah, memang, karena yang menjadi fokus dalam value chain memang nilai tambah bisnis.
Akan tetapi, apakah memang benar konsep yang menambah kerepotan ini sama sekali tidak bisa memberikan manfaat yang signifikan atau setidaknya sebanding dengan upaya yang dikeluarkan? Apa, sih, fungsi value chain sebenarnya?
Baca juga: Fair Value adalah: Tujuan dan Cara Menghitung
Fungsi Value Chain
Apabila memang tidak bermanfaat, jelas tak akan ada pula orang yang mau repot-repot mengembangkan konsep ini hingga jadi dan siap dipakai, kan? Oleh karena itu, yakinlah bahwa value chain memegang fungsi yang penting dalam proses bisnis.
Sebagai contoh, melalui penerapan konsep value chain, pemilik usaha pun bisa menyediakan produk atau layanan yang terbaik kepada pelanggan. Dengan demikian, tingkat kepuasan pelanggan pun dapat terjaga baik dan pelanggan pun tak akan mudah berpaling pada bisnis serupa yang ditawarkan oleh kompetitor.
Selain itu, ada pula fungsi value chain yang agaknya sulit untuk diabaikan, yaitu dengan memastikan bisnis dapat bersaing dalam mengakuisisi pelanggan-pelanggan baru. Wajar saja, kan? Apabila dihadapkan pada dua bisnis yang sama, calon pelanggan jelas akan lebih tertarik dengan bisnis yang mampu memberikan nilai tambah.
Oleh karena itu, bagi pemilik usaha yang ingin bisnisnya terus unggul, maju, dan berkembang, menerapkan konsep value chain dalam pengelolaan bisnis pun sebaiknya menjadi solusi yang patut dipertimbangkan!
Baca juga: Menghitung Efisiensi Aset dengan Rumus Return on Asset
Elemen Penting dalam Strategi Value Chain
Tertarik untuk mulai menerapkan strategi value chain? Jangan sungkan untuk memperbanyak riset dalam menjalankan bisnis!
Alasannya cukup sederhana, kok, tanpa adanya riset yang tepat, operasional bisnis memang dapat dijalankan, tetapi bisnis akan kesulitan untuk bersaing. Bagaimanapun juga, proses operasional bisnis merupakan aktivitas harian yang dilakukan sepanjang waktu, sehingga sebenarnya bisa saja dijalankan sebagai sebuah kebiasaan tanpa adanya inovasi baru.
Nah, di sinilah riset pun memegang peranan yang penting. Melalui praktik riset yang baik, pemilik usaha dapat dengan mudah mengidentifikasi cara yang efektif dan efisien dalam melakukan pengelolaan bisnis. Inovasi yang dilakukan pun bisa lebih spesifik dalam meningkatkan daya tarik bisnis.
Jadi, apabila ditanya apa yang menjadi elemen penting dalam menerapkan strategi value chain, jangan ragu untuk memilih riset sebagai jawabannya. Dengan melakukan riset, kita bisa dengan tepat mengetahui apa yang bisa, atau perlu, ditingkatkan dari proses bisnis yang dijalankan.
Mengenal Contoh Value Chain
Ada banyak sekali contoh value chain yang bisa dicoba dalam bisnis. Pada dasarnya, setiap upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keuntungan bisnis dengan memangkas pengeluaran-pengeluaran yang bisa dihemat toh termasuk dalam cakupan value chain, lho!
Berdasarkan penjelasan tersebut, sebenarnya kegiatan memilih supplier yang mampu menyediakan bahan baku dengan kualitas yang sama, tetapi dengan harga yang lebih murah sebenarnya bisa dijadikan contoh penerapan konsep value chain.
Tak hanya untuk pengadaan bahan baku saja, konsep ini sebenarnya bisa diimplementasikan juga untuk setiap kegiatan yang ada dalam rantai bisnis, misalnya saja dengan melakukan riset untuk mengembangkan produk yang benar-benar dapat menjawab kebutuhan pelanggan.
Apabila pemilik usaha berhasil memberikan nilai tambah bagi bisnisnya, apa pun bentuknya, mulai dari harga jual yang lebih rumah, proses pengiriman barang yang cepat dan terjangkau, hingga menghabiskan biaya yang lebih kecil untuk memasarkan produk, sesungguhnya kegiatan tersebut dapat menjadi contoh value chain yang diterapkan dengan baik.
Contoh Value Chain Perusahaan
Tak hanya berlaku pada bisnis secara umum saja, ada juga contoh value chain perusahaan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan performa karyawan secara efektif dan efisien.
Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan memberikan training atau pelatihan pengembangan kapasitas karyawan. Tentu saja perusahaan harus menyiapkan biaya yang cukup untuk menjalankan kegiatan-kegiatan semacam ini, tetapi dengan meningkatkan kapasitas karyawan, perusahaan pun bisa lebih mudah menghadirkan proses kerja yang efisien dalam memperoleh keuntungan, kan?
Memastikan adanya komunikasi yang baik di setiap divisi juga dapat menjadi contoh value chain perusahaan, karena dengan konsep tersebut, risiko terjadinya kesalahan saat menyelesaikan pekerjaan pun dapat dihindari. Komunikasi antardivisi yang baik juga dapat mencegah terjadi kekeliruan maupun overlap beban kerja yang tidak efektif.
Melalui sistem kerja yang benar-benar efektif dan efisien, pengeluaran perusahaan pun dapat ditekan sehingga margin keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Tak ada salahnya, kan, untuk mulai mencoba menerapkan konsep yang satu ini?
Baca juga: Melakukan Manajemen Sumber Daya Manusia secara Efektif
Cara Membuat Value Chain
Semakin tertarik untuk menerapkan konsep ini dalam pengelolaan bisnis? Tak perlu takut harus menghadapi sesuatu yang merepotkan, karena sebenarnya cara membuat value chain tergolong mudah jika memang dipersiapkan secara matang.
Kembali lagi ke elemen penting dalam value chain, pemilik usaha perlu melakukan riset terlebih dahulu untuk mengetahui model pengelolaan yang dilakukan saat ini. Dari hasil riset tersebut, pemilik usaha pun bisa mengidentifikasi hambatan yang membuat alur kerja menjadi kurang efisien.
Efisiensi pun bisa dilakukan dengan berfokus pada area perbaikan yang berhasil ditemukan tersebut. Selanjutnya, untuk hasil yang optimal, lakukan satu riset lagi untuk mengetahui nilai apa saja yang dibutuhkan pelanggan dari bisnis kita, kemudian kembali lakukan perbaikan atau peningkatan layanan sesuai hasil temuan tersebut.
Ingat selalu bahwa value chain adalah sebuah konsep, oleh karena itu persiapan yang matang selalu menjadi fokus utama. Apabila semuanya sudah diidentifikasi dan dipersiapkan, cara membuat value chain pun bisa dibilang sudah hampir selesai. Bagaimana, sama sekali tidak repot, kan?
Agar pengelolaan bisnis semakin terbebas dari kerepotan-kerepotan yang tak perlu, manfaatkan secara maksimal setiap fitur aplikasi majoo yang benar-benar dapat diandalkan. Otomatis bisnis pun bisa memiliki nilai tambah dalam memikat minat pelanggan.
Yuk, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!
Baca juga: 8 Media Promosi yang Efektif untuk Bisnis Berkembang