Tujuan setiap perusahaan manufaktur yaitu efisiensi dan efektivitas. Tujuan ini untuk mengurangi waktu, biaya, pemborosan, serta meningkatkan kapasitas produksi dan added value kepada pengguna akhir. Bagi pelaku industri manufaktur mungkin segala upaya disebut konsep lean manufacturing. Kondisi pemborosan tersebut mengakibatkan sumber daya dan aset bisnis sehingga perusahaan tidak memperoleh daya saing bisnis serta profitabilitas yang maksimal.
Lean manufacturing adalah konsep manufaktur yang menghasilkan produk dengan mengurangi biaya produksi dengan cara efisien. Konsep perampingan produksi ini berasal dari Jepang yang diadopsi dari sistem Toyota.
Dalam artikel ini akan dijelaskan secara lebih lengkap mengenai lean manufacturing. Yuk, libas artikel ini!
Apa Itu Lean Manufacturing?
Lean manufacturing adalah suatu konsep produksi yang mempertimbangkan segala pengeluaran sumber daya yang ada untuk mendapatkan nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya pemborosan. Pemborosan (waste) inilah yang menjadi target untuk dikurangi.
Implementasi lean manufacturing dilakukan secara continue untuk menciptakan perbaikan pada proses dan inovasi di perusahaan, sehingga perusahaan melakukan perbaikan secara berkelanjutan untuk mencapai customer intimacy dan operational excellence.
Dalam konsep lean manufacturing, cara mengalirkan produk maupun informasi menggunakan sistem tarik dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal sehingga nantinya menghasilkan keunggulan dan kesempurnaan produk yang dihasilkan perusahaan.
Supaya perusahaan tidak ragu untuk menerapkan lean, berikut ini beberapa pemahaman yang salah tentang konsep lean, yaitu:
- Lean bukanlah tentang proses pengurangan jumlah pekerja di perusahaan, tapi pemahaman mengenai memilih sumber daya yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang sesuai. Diharapkan, nantinya perusahaan dapat menyajikan produk yang sesuai dengan kebutuhan customer dan mempunyai kualitas baik.
- Lean bukanlah hanya sekumpulan alat berupa konsep yang biasa yang sering disebut lean tools. Namun, lean merupakan pemahaman yang menghargai setiap orang di dalam perusahaan, seperti karyawan, pemasok, dan customer.
Tujuan Lean Manufacturing
Pada suatu sistem produksi terdapat konsep dan tujuan lean manufacturing, yaitu:
- Untuk mengurangi pemborosan (waste) di semua aspek produksi dan dalam rantai pasokan.
- Untuk meningkatkan kualitas produk dan produktivitas.
- Untuk memperpendek lead time (waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi).
Baca juga: Supply Chain Management: Tujuan, Jenis, dan Contohnya
Manfaat Lean Manufacturing
Pemborosan (waste) dalam dunia industri itu berkaitan dengan pekerja yang menganggur, proses produksi yang buruk, hingga bahan baku yang tidak digunakan. Dengan konsep lean manufacturing, semua pemborosan itu akan dihilangkan.
Berikut ini terdapat manfaat atau keuntungan lean manufacturing, antara lain:
-
Menghilangkan Pemborosan
Pemborosan merupakan faktor negatif untuk proses produksi di perusahaan sehingga tidak memberikan nilai pada produk atau layanan.
-
Meningkatkan Kualitas
Peningkatan kualitas membuat perusahaan tetap kompetitif dan memenuhi perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Merancang proses untuk memenuhi harapan dan keinginan ini membuat perusahaan tetap dalam persaingan bisnis untuk menjaga peningkatan kualitas produknya.
-
Mengurangi Biaya
Tentunya memiliki kelebihan hasil produksi atau bahan baku akan menciptakan biaya penyimpanan. Maka dari itu, caranya dengan mengurangi proses produksi dan menciptakan manajemen bahan baku yang lebih baik.
-
Mengurangi Waktu
Dengan menerapkan praktik kerja yang lebih efisiens menciptakan waktu tunggu yang lebih singkat dan memungkinkan pengiriman barang dan jasa lebih cepat dilakukan.
Baca juga: Apa Komponen Penting Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur?
7 Waste Manufacturing
Ada tujuh macam kategori waste manufacturing, antara lain:
1. Waste of Overproduction (Produksi Berlebihan)
Waste of overproduction terjadi karena kelebihan produksi baik yang berbentuk barang jadi (finished goods) maupun barang setengah jadi (work in process) tetapi tidak ada order dari customer.
Alasan adanya overproduction, antara lain waktu set-up mesin yang lama, kualitas bahan baku yang rendah, atau pemikiran “just in case” ada yang perlu produk tersebut.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Waste of inventory ini terjadi karena barang jadi (finished goods), barang setengah jadi, dan bahan mentah yang berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan tempat penyimpanan yang lebih banyak.
Banyaknya tempat penyimpanan ini memakan biaya yang sangat besar. Belum lagi biaya untuk jasa orang yang mengawasi dan dokumentasinya.
3. Waste of Defects (Cacat atau Rusak)
Pemborosan satu ini terjadi karena buruknya kualitas atau kerusakan produk sehingga diperlukan perbaikan. Hal tersebut menyebabkan adanya tambahan biaya yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam perbaikan, dan biaya-biaya lainnya.
Baca juga: Memahami Proses Good Manufacturing Practices dalam Bisnis
4. Waste of Transportation (Pemindahan atau Transportasi)
Pemborosan transportasi terjadi karena adanya tata letak produksi yang buruk, pengorganisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya letak gudang yang jauh dari lokasi produksi.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Pemborosan ini terjadi karena gerakan–gerakan pekerja maupun mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah terhadap produk. Contohnya saja peletakan komponen yang jauh dari jangkauan operator sehingga memerlukan upaya lebih untuk mengambil komponen yang dibutuhkan.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Saat seorang pekerja atau mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut disebut menunggu. Menunggu bisa karena proses yang tidak seimbang di bagian produksi sehingga membuat pekerja maupun mesin harus menunggu untuk melakukan pekerjaannya. Kondisi ini terjadi bisa karena kerusakkan mesin, supply komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja, atau menunggu keputusan tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang Berlebihan)
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi maupun untuk pelanggan. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini merupakan pemborosan. Contohnya saja proses inspeksi yang berulang kali atau proses persetujuan yang harus melewati banyak divisi.
Terdapat cara yang bisa dilakukan agar tidak terjadi proses yang berlebihan, yaitu mencari akar penyebab dari suatu permasalahan dan mengambil suatu tindakan yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.
Baca juga: Perusahaan Dagang adalah… Apa Bedanya dengan Usaha Lain?
Contoh Lean Manufacturing
Banyak perusahaan yang telah berhasil dalam mengimplementasikan lean manufacturing ini. Berikut terdapat beberapa contoh perusahaan yang telah mengadopsi konsep lean manufacturing dan memperoleh profit darinya.
Nike
Tentunya kamu sudah tidak asing dengan merek satu ini, bukan? Nike adalah salah satu merek yang berhasil menerapkan konsep lean manufacturing di pabriknya. Dengan mengangkat filosofi “make today better”, lean manufacturing di Nike dipandang sebagai sistem dan peluang bisnis untuk melakukan continuous improvement yang bertujuan untuk menghasilkan produk dengan kualitas terbaik sekaligus menghilangkan pemborosan.
Untuk mewujudkannya, setiap karyawan yang bekerja di Nike harus bekerja secara tim untuk meningkatkan operasi produksi. Setiap karyawan dilatih dan didorong untuk bisa memecahkan masalah yang terkait dengan pekerjaan mereka sehari-hari.
Intel
Intel dikenal sebagai perusahaan pembuat prosesor komputer yang memimpin pasar dunia. Penerapan konsep lean manufacturing di perusahaan berhasil membantu Intel dalam mengenalkan chip baru dari tim R&D ke pabrik dengan lebih cepat. Selain itu, Intel juga berhasil menekan biaya, menurunkan bottleneck, mempercepat proses produksi, dan meningkatkan kualitas produk mereka.
Chevron
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ini juga tidak ketinggalan untuk menerapkan konsep lean manufacturing di perusahaannya, mulai dari edukasi karyawan hingga supplier-nya juga. Perjalanan lean manufacturing di Chevron bermula pada tahun 2000 di salah satu unit operasinya di Indonesia yang menggunakan prinsip six sigma. Setelah diterapkan di Indonesia, prinsip six sigma ini digunakan di unit bisnisnya yang berada di California Barat dan kemudian berkembang hingga sekarang.
Berkat implementasi prinsip six sigma, Chevron berhasil melakukan penghematan besar-besaran dan memberikan keuntungan bagi ketiga elemen stakeholder-nya yaitu karyawan, supplier, dan pelanggan.
Penutup
Jadi, lean manufacturing adalah sistem produksi yang mengupayakan penekanan pemborosan dengan melibatkan seluruh karyawan di suatu perusahaan. Pemborosan ini tidak memberikan nilai tambah (non added value) pada perusahaan.
Sistem produksi lean manufacturing adalah sistem produksi yang mengutamakan penggunaan sumber daya yang efisien, seperti material, pekerja, peralatan, uang, dan tempat. Fungsi penerapan lean manufacturing ini untuk mencapai penurunan biaya produksi. Penerapan lean manufacturing diharapkan dapat menghasilkan produk terbaik bagi konsumen, baik dari sisi kualitas maupun harga yang kompetitif.
Jika kamu memiliki bisnis manufaktur, kamu harus menerapkan sistem pencatatan dengan metode tertentu untuk menghitung pembelian dan penggunaan bahan baku. Supaya tidak terjadi kesalahan pencatatan stok produk atau laporan keuangan, kamu wajib menggunakan aplikasi wirausaha online yang terintegrasi seperti aplikasi majoo. Pencatatan stok barang dan laporan keuangan kini tidak lagi memakan waktu dan energi sehingga lebih efektif serta efisien.
Yuk, upgrade level bisnismu sekarang dengan menggunakan aplikasi majoo!