Kalau kamu memiliki bisnis yang bergerak di bidang produksi suatu barang, pastinya kamu paham bahwa ketersediaan stok bahan baku adalah salah satu hal penting yang menunjang kelancaran usaha. Reorder point adalah metode yang bisa digunakan agar stok bahan baku usahamu aman dan terkendali.
Ketersediaan bahan baku pada perusahaan manufaktur akan meminimalisir terjadinya peluang kehabisan bahan yang memaksa proses produksi menjadi terhenti.
Baca juga: Bahan Baku dalam Industri: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Pengertian Reorder Point adalah
Secara singkat, pengertian reorder point adalah kondisi yang mengharuskan pemilik usaha untuk segera melakukan pemesanan bahan baku kembali, sebelum stok yang ada habis digunakan.
Dalam manajemen suatu usaha, pihak yang bertanggung jawab akan ketersediaan dan stok bahan baku adalah staff Production Planning and Inventory Control (PPIC). Tugas mereka adalah melakukan kontrol secara terus menerus pada persediaan bahan baku. Selain itu, PPIC juga dituntut untuk mampu memonitor bahan baku supply chain untuk menekan biaya yang berhubungan dengan inventory.
Jika suatu saat terjadi kekurangan persediaan bahan baku, tim PPIC akan segera mengajukan pengadaan bahan baku pada tim purchasing. Agar bisa mengetahui kapan waktu yang tepat dalam membeli bahan baku, tim PPIC pun harus bisa menentukannya dengan menggunakan reorder point atau ROP. Menghitungnya pun tidak asal-asalan, harus menggunakan jumlah angka minimal tertentu yang ditetapkan sebagai batas untuk segera melakukan pemesanan bahan kembali.
Bisa juga diartikan bahwa reorder point adalah komponen yang diperlukan dalam manajemen stok. Alasannya karena dengan adanya reorder point, perusahaan akan lebih mudah menentukan batas minimal persediaan yang ada di gudang.
Reorder point juga bisa menjadi salah satu komponen yang membantu kamu melakukan pemantauan stok barang, sehingga tidak ada lagi produk yang melimpah di gudang ketika tingkat permintaan sedang menurun.
Saat ini, ada cukup banyak pemilik bisnis retail atau perusahaan manufaktur yang hanya menggunakan insting atau firasat untuk menambah stok produknya. Jadi,m saat jumlah permintaan produk meningkat, secara otomatis mereka akan menambah stok yang sangat banyak.
Sebaliknya, jika suatu saat jumlah permintaan menurun, mereka tidak berinisiatif untuk melakukan reorder point.
Perlu kamu ingat, bahwa seorang pebisnis profesional sebaiknya tidak hanya menggunakan instingnya dalam menambah persediaan barang. Mereka harus bisa bertindak secara profesional untuk menambah persediaan barang, misalnya dengan menambah stok barang di gudang untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan saat high season atau seasonal moment.
Baca juga: Memahami Tugas dan Cara Kerja PPIC di Bidang Industri
Mengapa Reorder Point adalah Hal Penting?
Kira-kira kenapa ya reorder point adalah hal penting yang berkaitan dengan kelancaran bisnis? Karena memang ada beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan rumus reorder point, seperti menghemat biaya persediaan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Selain itu, keuntungan menggunakan metode reorder point adalah bisa memungkinkan perusahaan dalam memiliki persediaan yang cukup dan bisa digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan dan memastikan pesanan diterima tepat waktu.
Bisa juga membantu perusahaan untuk menghindari melimpahnya persediaan di gudang, yang dapat mengakibatkan biaya penyimpanan ekstra dan secara otomatis akan memotong margin keuntungan.
Manfaat Reorder Point
Seperti sudah sedikit dibahas tadi, reorder point dianggap penting karena memang membawa cukup banyak manfaat bagi perusahaan. Manfaat yang paling utama dari reorder point adalah setiap pergerakan barang bisa menjadi lebih efisien. Sementara, beberapa manfaat lainnya dari reorder point adalah:
- Mampu memenuhi tingkat permintaan pelanggan ketika high season
- Memastikan stok barang selalu tersedia
- Memungkinkan aliran inventaris yang lancar tanpa jeda di antaranya
- Mengurangi persediaan yang melimpah dan berlebihan di dalam gudang
- Mampu mengantisipasi pembelian bahan baku yang berlebih
- Membangun disiplin inventaris perusahaan
- Menekan biaya produksi
- Bisa membantu mengoptimalkan sumber daya milik perusahaan
- Menentukan batas aman safety stock, karena persediaan adalah salah satu aset penting perusahaan.
- Menghindari risiko terjadinya gangguan proses produksi
- Membantu bisnis untuk membuat keputusan yang tepat dengan membantu melacak seluruh prosedur pengadaan.
Baca juga: Pengadaan Barang dan Jasa: Proses, Prosedur, serta Jenisnya
Rumus Perhitungan Reorder Point adalah …
Dalam menentukan reorder point, pemilik perusahaan tidak bisa sembarangan melakukannya. Diperlukan metode khusus untuk menghitung dengan rumus tertentu. Rumus reorder point adalah:
Reorder point = lead time demand + safety stock
Lead Time Demand
Lead time adalah rentang waktu antara pemesanan sampai barang tersebut tiba di tangan konsumen. Sedangkan, lead time demand yang biasanya terdapat di dalam reorder point adalah jumlah perkiraan permintaan yang ada dalam jeda waktu tersebut.
Lamanya reorder point akan sangat bergantung pada jumlah produk barang, tingkat kesulitan barang tersebut, tempat, dll.
Rumus lead time demand adalah:
Lead time demand = lead time x jumlah rata-rata penjualan per hari
Safety Stock
Safety stock adalah jumlah stok barang yang dipersiapkan oleh pihak perusahaan dengan tujuan untuk bisa mengantisipasi potensi jumlah permintaan barang yang meningkat tinggi atau proses pengiriman barang yang cukup lama.
Rumus untuk menghitung safety stock adalah:
Safety Stock = (penjualan harian yang paling tinggi x lead time paling lama) – (rata-rata penjualan setiap hari x rata-rata waktu lead)
Baca juga: Paham Rumus Safety Stock adalah Kunci Bisnis Sukses, Kenapa?
Model Reorder Point
Beda perusahaan, beda pula model reorder point yang digunakan. Semuanya tergantung pada kebijakan dan peraturan masing-masing perusahaan. Khususnya, pada kebijakan inventaris yang selama ini sudah digunakan, termasuk waktu dan jumlah pesanan yang dibutuhkan. Waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan biasanya tergantung pada titik tertentu dari stok barang yang ada.
Namun, tujuan dari model atau metode reorder point adalah sama, yaitu untuk menentukan tingkat pemesanan ulang secara lebih optimal dan jumlah pemesanan ulang dari berbagai item persediaan.
Beberapa aspek yang akan berpengaruh pada jumlah permintaan untuk produk tertentu, antara lain:
- Pertimbangan akan konsistensi tingkat konsumsi suatu barang dalam bisnis yang kamu jalankan
- Jenis permintaan produk, termasuk acak dan stokastik
- Kestabilan tingkat permintaan. Apakah akan berlanjut sepanjang siklus, atau terkonsentrasi hanya pada periode tertentu?
Satu hal yang perlu kamu perhitungkan juga adalah bahwa setiap permintaan atau pemesanan yang kamu lakukan, pastinya memiliki rentang waktu tunggu. Waktu tunggu ini tentunya pun beragam, ada yang singkat, ada juga yang panjang. Semuanya tergantung dari kebijakan vendor yang bertanggung jawab, sampai dengan kondisi pasar.
Apalagi jika ternyata bahan baku yang kamu pesan tidak hanya satu macam, melainkan ada banyak. Besar kemungkinan setiap item dipasok oleh vendor yang berbeda. Jadi, kalau kamu memesan pada waktu yang sama, belum tentu semua barang tersebut akan datang di waktu yang sama pula. Semuanya memiliki waktu tunggu yang berbeda dan tiba pada waktu yang berbeda.
Rentang waktu ini secara otomatis juga akan sangat berpengaruh pada keputusan kamu dalam melakukan reorder point.
Faktor yang Bisa Menghambat Reorder Point
Beberapa hal yang ternyata bisa menghambat proses reorder point adalah:
- Terjadinya kesalahan dalam perhitungan
- Adanya keterlambatan penerimaan barang dari supplier atau pemasok dengan berbagai alasan.
- Terlalu banyak proses administrasi yang berbelit-belit dan panjang.
- Kurang memadainya sarana transportasi yang digunakan, baik dari kuantitas maupun kualitasnya.
Kesimpulan
Reorder point adalah suatu kondisi saat bahan baku yang biasa digunakan dalam operasional perusahaan harus kembali dipesan, sebelum persediaan yang ada di gudang habis. Penentuan jumlah reorder point akan sangat bergantung pada nilai lead time demand dan juga safety stock masing-masing perusahaan.
Dengan semakin canggihnya teknologi, semakin mudah pula bagi perusahaan untuk melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan operasional usahanya. Secara otomatis juga, banyak perusahaan yang meninggalkan cara konvensional dan manual dalam pencatatan inventory atau stok barang, karena dinilai sudah tidak relevan, kurang efisien, dan tidak efektif.
Penerapan reorder point oleh perusahaan pun akan semakin mudah untuk dilakukan bila catatan stok dan inventory rapi. Sebaliknya, hambatan akan terjadi bila catatan stok masih kacau dan tidak teratur. Kekacauan ini tentunya juga akan berpengaruh pada kinerja tim PPIC yang berdampak pada operasional dan proses produksi perusahaan.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan aplikasi berbasis cloud seperti majoo. Dengan begitu, pihak perusahaan akan lebih mudah melakukan berbagai pengelolaan pada proses operasional. Seluruh kegiatan produksi pun akan diintegrasikan pada suatu sistem yang terpusat, sehingga pihak produsen tidak perlu lagi menggunakan banyak sistem pada setiap proses produksi. Jauh lebih efisien dan praktis. So, pastikan perusahaanmu menggunakan majoo, ya!