Tergantung dari jenis bisnis yang dilakoninya, beberapa pelaku usaha bisa memilih untuk mengelola stok bahan baku setiap hari, setiap minggu, atau bahkan setiap bulannya. Namun, di bulan puasa rutinitas ini bisa jadi berubah dan perlu disesuaikan mengikuti kebiasaan yang berbeda.
Pasalnya, di Indonesia sendiri bulan Ramadan memang seolah menjadi periode waktu yang benar-benar berbeda dan memiliki karakteristiknya sendiri. Dengan adanya beragam tradisi, rutinitas, serta kebiasaan yang hanya dilakukan di bulan ini, tak aneh apabila operasional bisnis pun juga ikut berubah, misalnya saja terkait pengelolaan barang persediaan.
Baca juga: Pertimbangan Bisnis Membuka Usaha di Bulan Ramadan?
Kapan Waktu Terbaik untuk Kulakan di Bulan Puasa?
Kulakan, atau mengulak, merupakan kegiatan membeli barang dalam jumlah besar untuk dijual kembali. Bagi beberapa pelaku usaha, praktik ini merupakan kegiatan yang hampir pasti selalu dilakukan, yang membedakan mungkin jenis barang yang dikulak.
Pelaku usaha yang bergerak di bisnis ritel, misalnya saja, akan mengulak barang jadi yang siap untuk dijual kembali secara langsung. Sebaliknya, untuk pelaku usaha yang bergerak di industri manufaktur, kulakan dilakukan dengan membeli bahan baku atau bahan mentah agar dapat diolah dalam proses produksi menjadi barang jadi untuk dipasarkan.
Pertanyaannya, apakah waktu pelaksanaan kegiatan ini akan berubah selama bulan Ramadan? Jawabannya bisa iya, tetapi juga bisa tidak, tergantung dari jenis barang yang ingin dibeli dan proses bisnis itu sendiri.
Sudah bukan rahasia lagi jika harga barang akan mengalami peningkatan selama bulan Ramadan, dan mencapai puncaknya menjelang lebaran. Oleh karena itu, waktu terbaik untuk mengulak barang dalam bisnis ritel sebenarnya justru satu atau dua bulan sebelum Ramadan datang. Jika tidak, harga beli yang sudah meningkat tinggi terpaksa harus diambil, dan sebagai akibatnya pelanggan harus terbebani dengan harga jual yang jauh lebih tinggi.
Baca juga: Langkah Mudah Mengelola Stok Barang di Toko Digital
Apa Pertimbangan saat Memperbarui Bahan Baku?
Berbeda dengan kebutuhan industri ritel, industri manufaktur pun membutuhkan penangan khusus terkait persediaan bahan baku di bulan puasa. Ada beberapa pertimbangan yang sebaiknya diperhatikan untuk menentukan waktu terbaik dalam memperbarui persediaan bahan baku:
1. Keputusan Libur Operasional Produksi
Selain ibadah puasa sendiri, hal lain yang dinanti-nanti dengan datangnya Ramadan serta lebaran adalah libur panjang yang kerap digunakan untuk beristirahat, tidak hanya bagi anak-anak sekolah, tetapi juga oleh pekerja. Demikian pula dengan para karyawan di bagian produksi.
Umumnya, libur ini diberikan kepada karyawan ketika sudah mendekati datangnya lebaran atau di akhir bulan Ramadan. Dengan liburnya karyawan, otomatis proses produksi pun akan berhenti untuk sementara. Nah, apabila tidak ada proses produksi yang dilakukan, jelas kebutuhan akan bahan baku pun akan hilang, kan?
Dengan pertimbangan tersebut, melakukan pembaruan persediaan bahan baku sebaiknya tidak dilakukan sama sekali di bulan Ramadan. Sebaliknya, gunakan periode waktu ini untuk menghabiskan sisa bahan baku yang masih dimiliki dari pengadaan sebelumnya.
2. Jenis Bisnis yang Dijalankan
Jika dilihat kembali penjabaran yang diberikan sebelumnya, pertengahan hingga akhir bulan Ramadan agaknya bukanlah waktu yang tepat untuk memperbarui bahan baku. Pun demikian, sebenarnya tergantung dari jenis bisnis yang dijalankan, terkadang pelaku usaha harus tetap melakukan pengadaan barang di waktu-waktu tersebut.
Usaha kue kering atau hampers lebaran, contohnya saja, justru baru akan memasuki puncak penjualan ketika bulan Ramadan akan segera berakhir. Banyaknya pesanan yang datang mengharuskan pelaku usaha mau tak mau mengulak bahan baku ketika harga barang di pasaran sedang tinggi-tingginya.
Jika memungkinkan, pelaku usaha tetap disarankan untuk mengulak kebutuhan produksinya sebelum memasuki bulan Ramadan dengan mendorong pelanggan untuk memesan di awal melalui berbagai program promo. Dengan demikian, bahan baku bisa dibeli terlebih dulu dan harga jual yang dibebankan kepada pelanggan pun tak terlalu mahal.
Namun, jika memang tidak sempat dan pelaku usaha terpaksa harus membeli bahan baku ketika harga barang sudah mulai menanjak naik, harga jual yang tinggi dapat disiasati dengan memberikan nilai tambah pada produk jadi yang akan dijual nanti. Memberikan sentuhan personal agar produk lebih menarik, misalnya saja, bisa menjadi solusi yang patut dijajal.
Baca juga: 5 Tips Sukses Menjual Makanan Sahur Laris di Pasaran
3. Daya Tahan Bahan Baku
Tidak semua bahan baku memiliki daya tahan atau masa hidup yang panjang. Bahan baku dalam industri makanan, sebagai contoh saja, akan cepat rusak dan tak dapat dipakai lagi jika tidak segera diolah.
Jika sudah demikian, mau tak mau bahan baku tersebut harus dibeli setiap harinya di bulan puasa agar proses produksi dapat tetap berjalan, kan? Mengunjungi pasar induk di dini hari ketika bahan baku baru saja didatangkan dari produsen merupakan waktu terbaik untuk memperoleh bahan yang segar dengan harga yang murah.
Dengan harga pasar yang cenderung naik selama puasa, mendatangi pasar induk sedini mungkin dapat menjadi solusi untuk menekan biaya produksi, terlebih jika sebelumnya pelaku usaha memang terbiasa untuk melakukan pengadaan barang di tempat lain.
Agar pengelolaan stok bahan baku semakin mudah, pelaku usaha juga dapat memanfaatkan aplikasi majoo dengan Fitur Inventory yang dimilikinya. Melalui fitur ini, pelaku usaha dapat dengan cepat memeriksa ketersediaan bahan baku dan segera melakukan pemesanan ulang apabila persediaan mulai menipis. Menarik, kan? Yuk, langsungs aja gunakan aplikasi majoo!
Baca juga: Tips Agar Tidak Kehabisan Stok Barang Jelang Lebaran